Mohon tunggu...
Mutia Khumairoh
Mutia Khumairoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah jalan terbaik ketika kau ingin berbicara tapi tak tahu bagaimana cara untuk mengutarakannya dengan suara.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Cerbung 1] Apa Salahnya Bermimpi? Episode 2: Benar-Benar Terjadi

29 Maret 2024   16:04 Diperbarui: 19 April 2024   10:50 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo!

Selamat datang kembali di ceritaku..

Terakhir kali aku bercerita bahwa aku sudah tujuh belas tahun, dan aku bahwa apa yang aku rasakan adalah cinta. Walaupun itu baru kesimpulanku sendiri.

Terakhir kali aku juga bercerita bahwa aku menyesal mengejar Rina dihari itu. Sekarang akan kuberitahu lebih jelas mengapa aku bisa menyesalinya.

Sebelumnya aku bercerita jika wajah Rina selalu muncul dalam pikiranku. Dan matanya yang berbinar selalu terbayang oleh diriku. Itu benar-benar terjadi. Sungguh!! Aku tidak mengada-ada.

Saat aku memandangi papan tulis, wajah Rina ada di sana. Saat aku membuka buku, wajahnya juga ada di sana. Dan saat aku mencoba membaca buku itu, tiba-tiba yang muncul dalam pikiranku adalah namanya.

Demi Tuhan. Aku juga pernah sekali membaca novel romansa adikku yang ia pinjam dari perpustakaan. Saat itu terasa menggelikan sekali saat membaca apa yang dirasakan oleh tokoh utamanya. Dan siapa yang sangka, justru sekarang aku juga merasakannya.

Aku juga pernah menyaksikan teman-temanku berubah karena merasakan jatuh cinta. Ada yang duduk melamun lalu tiba-tiba tersenyum. Ada yang selalu tersenyum setiap saat. Melakukan semua hal dengan suka hati.

Aku juga pernah melihat teman-temanku bergalau ria. Juga karena cinta. Terlebih yang perempuan. Kadang mereka bisa murung seharian. Atau tiba-tiba tidak berangkat ke sekolah dengan alasan sakit. Tetapi pada keesokan harinya ia berangkat dalam keadaan mata yang sembab.

Apakah kalian juga pernah melihat hal yang sama seperti yang kulihat? Atau justru kalianlah yang merasakanya? Jangan-jangan kalian juga pernah datang ke sekolah dengan mata sembab karena cinta?

Ya Sudahlah... Pada intinya, aku sedang berada di fase itu. Sungguh tak pernah ku sangka jika jatuh cinta akan serumit ini. 

"Rangga!" Suara yang paling kutakutkan itu kembali memanggilku. Suara yang mampu membuat jantungku berdetak lebih kencang. Bahkan terkadang telingaku sendiri bisa mendengarkan detakan itu. 

Ingin rasanya aku berlari. Ingin rasanya pergi saja. Tetapi aku tak bisa. Ini masih jam pelajaran. Aku tak bisa pergi.

"Ada apa?" Hanya itu yang mampu ku keluarkan dari bibirku.

"Kau ini kenapa? Kuperhatikan dari kemarin banyak diamnya." Ucap Rani. Ya, seperti yang bisa kalian tebak. Yang berbicara padaku adalah Rani.

Mati aku! Mau jawab apa?

"Tidak apa-apa." Jawabku pendek saja. Kuberi tahu, tiga kata itu keluar dengan susah payah.

"Kau kurang sehat?" Tanyanya. Dan tak pernah ku sangka, dia menyentuh dahiku.

Rasanya mau minggat saja.

"Tidak panas. Tapi keringatmu dingin. Apa kau masuk angin?" Tanyanya lagi.

Aku masih diam beberapa saat. 

"Sepertinya iya." Ucapku pada akhirnya. 

Kulihat ia berjalan menuju meja guru. Aku tak tahu dia mengatakan apa kepada Bu Ida, guru yang mengajar saat ini. Tak lama kemudian ia kembali ke tempat dudukku.

"Ke UKS saja. Aku sudah ijinkan ke Bu Ida." Ucapnya lembut.

"Tidak perlu. Aku mau di kelas saja." Ucapku. Aku tak mau meninggalkan kelas. Walaupun Rani benar. Sepertinya aku memang tidak sehat. 

Tidak lama kulihat Bu Ida berjalan menghampiriku. 

"Toni, tolong antar Rangga ke UKS." Ucap Bu Ida pada Toni.

"Saya mau ikut pelajaran Bu." Ucapku kepada Bu Ida.

"Sepertinya kamu lebih baik istirahat dulu. Pucat begitu. Ibu tahu seminggu kemarin kamu mengurus organisasi tanpa henti." Titah Bu Ida yang sepertinya tak bisa aku bantah lagi.

Toni yang sudah menyanggupi akan membawaku pun mengangkat tubuhku perlahan. Dan siapa yang sangka! Aku memang benar-benar lemah saat ini. Mungkin Bu Ida benar. Aku butuh istirahat. Fisikku sudah dibuat babak belur seminggu kemarin, dan dua hari ini pikiranku terisi penuh dengan Rani. 

"Seorang Rangga bisa tumbang juga ternyata." Ucap Toni saat  mengantarku ke UKS. Tidak sampai dipapah kok. Hanya berjalan disampingku yang beberapa kali oleng ke kanan dan ke kiri.

"Aku juga manusia." Balasku sambil tersenyum tipis.

Aku langsung membaringkan diriku di atas brankar UKS begitu memasuki ruagan itu. Kupejamkan mataku sejenak. Dan ya, sekarang aku benar-benar bisa merasakan pusingnya. 

Aku kembali membuka mataku sejenak. Kulihat Toni masih duduk di kursi ruangan itu.

"Kau tidak kembali ke kelas?" Tanyaku pada Toni

"Kau tidak ingin di temani?" Tanya Toni.

"Tidak perlu. Kau bisa tertinggal pelajaran." Balasku lemas.

"Yah.. Padahal aku sedang tak ingin masuk pelajaran." Keluh Toni. Ternyata itu yang ia pikirkan.

"Tidak ada! Pergi sana!" Usirku. Aku tak bisa membiarkan anak itu bersuka ria membolos dengan mengatas namakan menemaniku di UKS kan?

Pada akhirnya Toni pergi. Dengan gerutuan panjang tentunya. Dan aku tidak mempermasalahkan itu. Toni memang seperti itu. Tapi dia pasti tidak marah. Aku tahu itu.

Aku kembali memejamkan mataku begitu bayangan Toni telah hilang dari pandanganku. Dan sepertinya ini cukup membantu. Paling tidak untuk tubuhku.

"Rangga." Suara itu memaksaku untuk kembali membuka mata. Suara yang sama seperti beberapa waktu lalu. 

"Kenapa ke sini?" Tanyaku pada Rani.

"Hanya menengok. Boleh kan?" Ucapnya lagi.

Aku tak menjawab apapun selain dengan anggukan. Mau bagaimana lagi, rasanya tidak pantas jika baru saja datang langsung ku usir. Lagi pula jika harus jujur, aku menyukai keberadaannya di sini. Aku juga tidak tahu apa alasannya. Jadi jangan bertanya padaku kenapa begitu. Karena aku tak tahu jawabannya.

"Kau tidur saja. Aku tak akan mengganggu. Aku juga akan pergi sendiri nanti." ucap Rani padaku. Dan lagi-lagi aku hanya mengangguk. 

Sepertinya hanya itu yang bisa ku ceritakan hari ini. Aku lelah. Biarkan aku istirahat dulu ya. 

Mungkin setelah lelahku hilang, aku bisa menceritakannya lagi.

Sampai jumpa!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun