Studi pada 1979 mengungkapkan bahwa ketika pesawat berhanti selama 3 jam dengan mesin dan air conditioner (AC) mati, 72% dari 54 orang didalamnya jatuh sakit dua hari sesudah medarat.
Dan mereka menemukan virus flu tersebut berasal dari salah seorang penumpang.
Untuk alasan itu, pada 2003 Federal Aviation Administration mengeluarkan himbauan kepada maskapi penerbangan untuk mengevakuasi penumpang bila selama 30 menit pesawat tanpa sirkulasi udara.
Biasanya, ancaman penyakit datang dari hidung, mulut dan tangan penumpang yang duduk bersebelahan.
Sebuah penelitian yang dilansir Pusat Pengawas dan Pencegahan Penyakit AS, menyebutkan bahwa infeksi bisa menyebar dari dua kursi di samping, di depan dan dibelakang kita.
Penelitian lainnya pada 2009, ditemukan terjadinya penularan virus flu burung.
Peneliti dari Australia ini mendapati 2% dari penumpang tertular penyakit flu burung dari seorang penumpang.
Adapun 5% lainnya juga tertular seminggu setelah mendarat.
Masih menurut penelitian tersebut, resiko awak dan kru pesawat tertur virus flu burung juga meningkat sebesar 3,6% jika mereka duduk dalam dua baris dari seseorang yang memiliki gejala dalam penerbangan.
Resiko itu akan meningkat 7,7% jika awak pesawat tersebut duduk di zona dua-kursi panas yaitu kursi yang jaraknya dua baris dari penderita.
Sindrom pernafasan akut (SARS) yang mewabah pada 2002-2003 malah bisa menular dalam radius yang lebih jauh.
Pada sebuah penerbangan, seorang penumpang menyebarkan virus tertentu kepada penumpang lain yang duduk di baris ketujuh darinya.