Pada usia 7-12 tahun, anak menjadi semakin terampil mengekspresikan ide dengan struktur yang lebih jelas. Dukungan guru dan orang tua melalui tantangan yang sesuai dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan kreatif mereka (Sa'diyah & Fawzi, 2024). Mengintegrasikan puisi dalam pendidikan berarti memberikan ruang bagi anak untuk berkreasi dan menemukan jati diri.Â
Proses kreatif sejatinya adalah jembatan bagi anak untuk memahami diri dan lingkungannya dengan lebih baik. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas melalui puisi bukanlah sekadar aktivitas tambahan, melainkan komponen integral untuk mendukung pertumbuhan holistik anak.
Dalam upaya mengembangkan ekspresi anak melalui penulisan puisi, penting untuk memahami metode sederhana yang dapat memfasilitasi proses kreatif ini. Pertama, anak perlu dikenalkan pada konsep puisi sebagai bentuk ekspresi yang menggambarkan perasaan dan pengalaman mereka. Metode ini dimulai dengan mengajak anak untuk mengamati lingkungan sekitar.Â
Pengamatan ini dapat mencakup hal-hal sederhana, seperti pemandangan, suara, dan aktivitas sehari-hari yang mereka alami. Dengan cara ini, anak diajak untuk lebih peka terhadap detail-detail kecil yang dapat menjadi sumber inspirasi (Mayar et al., 2022). Selanjutnya, setelah mengamati, anak dapat diminta untuk menggambarkan apa yang mereka lihat, dengar, atau rasakan menggunakan kata-kata sederhana.Â
Dalam tahap ini, penting untuk mendorong mereka untuk menggunakan imajinasi dan kreativitas, tanpa merasa tertekan untuk menghasilkan puisi yang sempurna. Misalnya, anak dapat diminta untuk menuliskan satu kata yang mereka kaitkan dengan pengalaman tersebut, seperti "hujan" atau "bunga". Dari kata-kata ini, mereka dapat mulai merangkai kalimat yang mencerminkan pikiran dan perasaan mereka.
Setelah anak mulai menulis, penting untuk memberikan bimbingan tentang struktur puisi. Ini dapat mencakup pengenalan pada elemen-elemen puisi seperti rima, ritme, dan penggunaan majas. Namun, penekanan harus pada kebebasan berekspresi, sehingga anak merasa nyaman untuk mengeksplorasi gaya penulisan mereka sendiri (Sophia et al., 2023). Misalnya, mereka bisa mencoba membuat puisi lirik yang menyentuh tentang perasaan mereka terhadap seseorang atau sesuatu.Â
Metode ini juga dapat diperkaya dengan kegiatan kolaboratif, di mana anak-anak saling berbagi puisi yang mereka buat. Kegiatan ini tidak hanya mengembangkan kemampuan menulis, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan keterampilan sosial. Melalui diskusi kelompok, mereka dapat belajar memberikan dan menerima masukan dengan cara yang positif (Mayar et al., 2022).
Menulis puisi juga dapat menjadi alat yang efektif untuk merangsang imajinasi dan kreativitas. Proses menulis puisi tidak hanya melibatkan keterampilan linguistik, tetapi juga mendorong anak untuk mengeksplorasi perasaan, ide, dan pengalaman mereka. Lingkungan yang mendukung, seperti keluarga dan sekolah, sangat penting dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi anak untuk mengembangkan potensi kreatif mereka (Widyasanti et al., 2021).Â
Ketika anak diajak menulis puisi, mereka diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri tanpa batasan. Ini membuka ruang bagi mereka untuk menggunakan imajinasi, menciptakan gambar-gambar mental, dan merangkai kata-kata dengan cara yang unik.
Pendampingan dari orangtua dan guru juga memegang peranan penting dalam proses pengembangan ekspresi anak melalui menulis. Orangtua dan guru perlu memberi dukungan yang positif, dengan menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk berani berekspresi.Â
Pendampingan dapat berupa diskusi mengenai tema puisi yang akan ditulis, memberikan contoh puisi sederhana, atau mengajak anak untuk berbagi hasil karya mereka. Melalui dialog yang terbuka, anak merasa dihargai dan termotivasi untuk lebih aktif dalam berkarya (Mayar et al., 2022).