Mohon tunggu...
Mutia Faridah
Mutia Faridah Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah

Otw mencari ridlo Allah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nggak Ada yang Dibiarkan, Semua Akan Dipertanggungjawabkan pada Sang Maaliki Yaumiddin

16 September 2020   15:23 Diperbarui: 16 September 2020   15:39 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tafsir Maaliki yaumiddin, sumber: @bintibadari

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas tentang tafsir Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Ayat berikutnya dari surat Al Fatihah adalah Ar Rahmaanirraahiim. 

Keterkaitan kedua ayat tsb adalah ketika seseorang bersyukur atas pemberian Allah tanpa dibatasi ruang dan waktu sesuai dengan ketentuan Allah maka ia akan mendapat Ar Rahmaan dan Ar Raahiim. Yaitu karunia Allah yang diberikan di dunia dan karunia Allah yang diberikan di akhirat khusus bagi hambanya yang muslim.

 Jika pada ayat bismillah juga terdapat kalimat Ar Rahmaan dan Ar Rahiim. Maka pada Ar Rahman dan Ar Rahiim setelah alhamdulillahi rabbil 'aalamiin ini adalah penegasan/penguatan akan janji Allah. 

Hal ini mengikuti kaidah QS. Ibrahim:7 

Dan ingatlah ketika TuhanMu memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatku) maka azabku pasti sangat berat"

Artinya, apabila kita bersyukur atas ni'matnya dalam bentuk Ar Rahmaan (anugerah di dunia) dan bersyukur atas pahala akhirat (Ar Rahiim) maka laaziidannakum. Kata Allah pasti aku akan tambah lagi nikmat tsb. 

Menariknya, redaksi ayatnya tidak langsung ziidannakum tapi diawali dengan la menjadi laaziidannakum. La dalam bahasa Arab dalam kalimat laaziidannakum mengandung arti taukid yaitu menguatkan. 

Seakan-akan Allah ingin mengatakan pada kita, " Hey manusia, kalau kamu bersyukur kepadaKU, yakinkan pada dirimu pasti aku akan lipatgandakan nikmat tsb"

Masyaallah.

Kemudian pada ayat selanjutnya, Maaliki yaumiddin. Dalam terjemahan umumnya bermakna Yang menguasai hari pembalasan. 

Ketika Allah memberikan tambahan nikmat, baik secara fisik dijaga atau secara materi ditambah. Pertanyaan pertama yang diajukan secara tidak langsung oleh Al Qur'an untuk mengetes kita adalah : Kira-kira pemberian itu milik siapa? Rumah yang luas, badan yang sehat, harta meningkat dll yang punya sejatinya siapa? Allah pastinya. 

Dalam bahasa Arab yang punya disebut Maalik berasal dari kata malaka-yamliku-maalik. Korelasi ayat ini dengan ayat sebelumnya terlihat pada penggunaan kasroh pada huruf kaf-nya (Ki). Jika harakatnya menggunakan dlommah (ku) maka berarti ayat ini berdiri sendiri. 

Ayat ini muncul seakan-akan ingin mengatakan pada kita, "Hey kalian yang merasa hartanya meningkat dll. Tolong pahamkan pada dirimu, semua nikmat itu ketika diberikan hakikatnya bukan milik kalian. Kata Allah itu punya Saya. Kamu hanya dititipkan itu semua. Supaya meningkatkan kualitas ibadah dan pahala. Sebab kalau nggak ditambah begitu, pahala kalian bisa berkurang". 

Contoh; orang bertambah ilmunya. Hakikatnya itu titipan Allah supaya ia menggunakan ilmu tsb untuk menambah pahalanya untuk bekal ke akhirat. Begitupun dengan titipan harta, kedudukan dlsb. 

Hal ini sesuai dengan QS. 28:77 tentang tujuan Allah menitipkan harta berlimpah pada Qarun. Yaitu dengan harta tsb diharapkan untuk mencari kemuliaan dan kebahagiaan di akhirat

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Jadi ketika orang dititipkan harta kemudian dihambur-hamburkan dan dipamerkan, maka ada yang salah dengan dirinya. Ada yang salah dengan imannya.

Sesuatu yang dititipkan itu sementara atau abadi? Hukum kehidupan kalau sesuatu itu dimiliki maka ia akan dibawa oleh pemiliknya kemanapun ia berada. Karena itu, apapun yang Allah titipkan pada kita nggak akan kita bawa selamanya. Karena memang bukan milik kita. Tapi milik Allah. 

Begitupun dengan sifat titipan. Biasanya diminta kembali atau tidak? Dicek atau tidak? Ditanya atau tidak? Pasti ya. 

Nah semua yang Allah titipkan termasuk badan kita, harta, kedudukan, anak-anak yang diamanatkan pada kita dst. Kita akan ditanya suatu hari nanti mengenai hal tsb. Kita akan mempertanggung jawabkan pada Allah. 

Apakah selama ini kita dititipkan hal-hal tsb kita telah menggunakannya pada hal yang baik atau tidak. Menggunakan sesuai ketentuan Allah atau tidak. 

Dan hari ketika kita ditanya itulah disebut dengan yaumiddin. Hari ketika kita ditanya dan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia. 

Maaliki yaumiddin; Allah sang Maalik yang menguasai hari pertanggung jawaban nanti di akhirat. 

Semoga Allah mudahkan kita mengamalkan ilmu yang sudah sampai pada kita. Aamiin yaa rabbal aalamiin

______

Tulisan ini berdasarkan kajian Ustadz Adi Hidayat Hafidzahullah tentang tafsir surat al fatihah di Media Youtube.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun