Pengelolaan sumber daya adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran. Kemampuan ini akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Jika seorang pemimpin pembelajaran tidak dapat mengelola sumber daya dengan baik, maka pembelajaran kepada murid akan kurang kualitasnya. Seorang pemimpin pembelajaran harus memandang aset yang ada sebagai sebuah kekuatan yang dapat membuat siswa belajar dengan lebih baik. Guru merupakan aset utama sekolah. Dapat dikatakan gurulah yang akan menggerakkan sekolah. Guru yang kompeten akan mempergunakan potensi yang ada pada dirinya dengan maksimal, bukan hanya sekedar melepaskan kewajiban. Apabila guru melaksanakan kewajibannya sesuai dengan harapan maka guru akan melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru yang melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
Sumber daya yang ada di sekolah tidak akan percuma. Banyak kasus dimana fasilitas yang ada tidak digunakan dengan baik, bahkan rusak sendiri sebelum sempat digunakan. Contohnya alat-alat laboratorium IPA yang terdapat di sekolah. Guru yang tidak memperdulikan pembelajaran yang berkualitas kepada siswa tidak akan menggunakan alat-alat tersebut dengan berbagai alasan. Alasan tersebut bisa saja tidak cukup waktu, tidak tahu cara menggunakannya, atau alasan-alasan lainnya. Padahal, jika menggunakan alat-alat dan bahan-bahan tersebut tentu pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa. Hal ini terbukti pada saat siswa dibawa untuk belajar di laboratorium, mereka terlihat antusias dan semangat. Bukan hanya laboratorium IPA, ada juga laboratorium komputer, PAI, perpustakaan, alat-alat olahraga, dan lain sebagainya. Terkadang, fasilitas yang tidak ada sering dibicarakan, tetapi lupa untuk memaksimalkan fasilitas yang ada. Penggunaan aset-aset yang ada sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran yang dilakukan. Aset apapun yang tersedia akan kembali lagi kepada guru sebagai pemimpin pembelajaran. Jika guru tidak mampu mengelola aset yang ada, maka sebaik apapun aset tersebut akan sia-sia pada akhirnya.
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya sangat erat kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak. Untuk dapat menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya tentu saja harus memiliki nilai-nilai guru penggerak, yaitu : berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif. Sumber daya yang ada di sekolah harus dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan siswa. Sesuai dengan kebutuhan belajarnya seperti yang telah diuraikan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa siswa harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang ada pada dirinya. Artinya proses pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, sehingga pembelajaran haruslah dilakukan dengan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan memasukkan unsur-unsur kompetensi sosial emosional (KSE) seperti yang telah dipelajari pada modul 1 dan 2. Keberpihakan kepada siswa menjadikan seorang pemimpin pembelajaran yang akan memikirkan kemaslahatan siswa dalam pengelolaan sumber daya yang ada. Pembelajaran dengan melihat kebutuhan siswa akan mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini akan terbawa ke dalam kehidupan nyata siswa. Sebagai contoh : kegiatan pagi yang dilaksanakan setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai telah membuat siswa-siswa yang belum lancar membaca Al-Qur'an menjadi lebih lancar, hubungan antara guru dan siswa, siswa dan siswa, dan seluruh warga sekolah menjadi lebih harmonis.
Menjadi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya tentu akan sulit untuk dilakukan jika tidak mandiri, inovatif, dan reflektif. Seorang pemimpin pembelajaran harus mandiri dan menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh apapun keadaan yang dihadapinya, sehingga akan menciptakan rasa percaya diri yang akan menciptakan kepercayaan dari pihak lain. Inovasi terhadap sumber daya menjadi penting, karena sering sumber daya yang diperlukan harus dipermak terlebih dahulu dari sumber daya yang ada baru dapat digunakan untuk kebutuhan. Bekerja sendiri tidak akan berhasil, kolaborasi dengan semua pihak diperlukan dalam pengelolaan sumber daya yang ada. Pada akhirnya, sumber daya yang telah dikelola harus direfleksikan, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari hasil pengelolaan sumber daya tersebut.
Menjadi pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran guru penggerak yang sangat penting. Karena sebagai seorang guru sudah pasti juga akan menjadi pemimpin pembelajaran. Pemimpin pembelajaran akan mengelola sumber daya yang ada. Pengelolaan tersebut dapat berhasil atau tidak tergantung kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Guru sebagai sumber daya yang paling penting di sekolah terkadang mengalami kemunduran dalam kompetensi, sehingga diperlukan upaya untuk memperbahrui kompetensi yang telah ada. Pembaharuan kompetensi ini dapat dilakukan dengan cara : menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, dan mendorong kolaborasi antar guru. Semua usaha yang dilakukan guru dalam mengembangkan dirinya akan bermuara pada perwujudan kepemimpinan murid. Guru yang kompeten tentu akan melahirkan siswa yang kompeten. Guru sebagai pemimpin pembelajaran yang baik akan memberi contoh kepada siswa untuk juga melakukan yang terbaik.
Pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan tahapan BAGJA. Penggunaan tahapan BAGJA akan memudahkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai oleh seorang pemimpin pembelajaran. Contohnya mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Jika dilakukan dengan tahapan BAGJA yang melibatkan siswa maka kelas yang nyaman dan menyenangkan akan terwujud dengan ruh yang lebih sempurna. Visi dan misi yang ingin diwujudkan di sekolah dengan tahapan BAGJA akan lebih terarah untuk diwujudnya yang tentunya disesuaikan dengan kebajikan-kebajikan universal.
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya tidak terlepas dari pengambilan keputusan-keputusan yang berpengaruh terhadap sumber daya tersebut. Oleh karena itu, seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan pengambilan keputusan yang baik. Untuk dapat mengambil keputusan bijaksana dengan kerugian yang ditimbulkan sekecil mungkin, maka sebagai seorang pemimpin harus dapat memahami perbedaan dilema etika dan bujukan. Keputusan yang diambil dalam mengelola sumber daya yang ada (modal manusia, sosial, politik, agama/budaya, fisik, lingkungan/alam, dan finansial) harus sudah dilakukan 9 (Sembilan) tahap pengujian, supaya keputusan yang diambil benar-benar tepat dan tidak menimbulkan penyesalan.
Sebelum saya mempelajari modul 3.2 ini saya tidak pernah terfikir bahwa sumber daya yang dimiliki sekolah itu sangat luas. Beberapa modal yang telah dibahas juga tidak terfikir oleh saya sebelumnya. Seperti modal politik, saya selalu berfikir politik itu melulu tentang pemilu. Ternyata politik sebagai sumber daya sekolah sangat menarik. Diskusi di dalam ruang kolaborasi telah membuka fikiran saya tentang aset yang dimiliki oleh sekolah. Aset bukan hanya sarana dan prasarana, apalagi jika hanya sebatas finansial. Aset sekolah sangat luas, dengan kreatifitas yang dimiliki oleh guru aset tersebut menjadi lebih luas dan bermanfaat, terutama kepada siswa. Pada saat membahas aset di kelompok ruang kolaborasi, ternyata aset yang kami miliki sangatlah banyak, saat itu saya pribadi sadar masih ada aset yang belum saya berdayakan secara maksimal, sehingga setelah belajar modul ini saya berharap aset-aset yang telah ada dapat diberdayakan secara optimal dengan melakukan kolaborasi bersama berbagai pihak yang berguna untuk menuntun siswa sesuai kebutuhannya supaya menjadi pribadi yang merdeka dan berbahagia.
Modul 3.2 yang membahas ekosistem sekolah sebagai tempat berinteraksi antara komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik dan abiotik adalah sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Sumber daya dikelola dengan menggunakan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based-approach) dan pendekatan berbasis aset/kekuatan ( asset-based-approach). Pengelolaan sumber daya di sekolah dapat dilakukan dengan pengembangan komunitas berbasis aset (asset based community development), pendekatan ini dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan Hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas. Aset sekolah yang merupakan komponen biotik harus memiliki kharakteristik sehat dan resilien supaya dapat mewujudkan komunitas yang sehat dan resilien. Seorang yang resilien dapat mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, atau memiliki role model yang sehat. Tujuh (7) aset sebagai modal utama sumber daya sekolah yaitu modal manusia, politik, sosial, agama/budaya, fisik, lingkungan/alam, dan finansial.Â
Demikian koneksi materi modul 3.2 yang dibuat dengan sungguh-sungguh berdasarkan apa yang telah dipelajari dari mulai modul 1 sampai modul 3. Semoga bermanfaat. Salam guru penggerak! Tergerak, bergerak, menggerakkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H