Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membuat Sirkulasi Air Bersih

26 Agustus 2019   10:22 Diperbarui: 4 September 2019   15:18 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem ini sama saja yakni dengan sistem jantung buatan namun dikelola oleh pemerintah. Jadi pemerintah hadir sebagai wakil dari masyarakat menjadi leader dalam pengelolaan air limbah menjadi air bersih.

 Sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang sudah berjalan di beberapa daerah, meskipun belum dalam bentuk siklus namun bisa disempurnakan lebih lanjut sebagaimana PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). 

Tentu saja pusat-pusat pengolahan atau instalasi air tersebut tidak bisa sama dengan jantung. Jantung manusia menerima semua aliran darah dari semua sistem organ manusia, dalam berbagai bentuk pencemaran atau kotoran. 

Lalu semua darah kotor tadi dibersihkan bersama-sama dalam jantung di serambi kanan dan bilik kanan. Baru setelah bersih darah yang sudah dibersihkan diangkut ke bilik kiri, kemudian dari bilik kiri diteruskan ke serambi kiri. Dari serambi kiri inilah darah yang bersih kemudian di salurkan ke seluruh sistem organ tubuh manusia.

Sedangkan pada limbah air perlu adanya pemisahan antara kandungan limbah logam berat dan logam ringan, jadi perlu lebih banyak serambi, dan bilik-bilik guna mengolah air limbah menjadi air bersih dan sehat, bahkan diharapkan juga suci dan mensucikan, tidak berbau dan tidak berasa. 

Bagaimana caranya?, sudah banyak alat yang ditemukan oleh manusia untuk itu tinggal pemerintah bersedia atau tidak untuk melaksanakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun