Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semilir Angin di Pagi Hari

15 Oktober 2015   08:44 Diperbarui: 21 Oktober 2015   12:18 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semilir angin pedesaan dipagi hari yang lembut membawa suasana sejuk dilingkungannya. Terlihat 3 sosok lelaki masing-masing memegang pancing, dan tiga orang perempuan bersama 3 orang anak kecil berada disebuah gubuk bambu yang bernomor 7 tepat disebelah empang atau kolom pemancingan. Mereka adalah Sheih Hadi, Dodi dan Agus sedang memancing, Wati, Umi (istrinya Sheih Hadi), dan Dewi (istrinya Agus) dan 3 orang anak kecil masing-masing Fatimah dan Imam bin Heru dan Aisyah bin Hadi mereka menanti hidangan ikan yg sudah dimasak sambil bermain.

Kolam pemancingan itu berukuran 5 meter x 10 meter yang berjumlah 3 empang, empang 1 berisi ikan lele, empang 2 berisi ekan guramih, dan empang 3 berisi ikan patin. Ketiga orang itu memancing di ketiga empang yang berbeda, Sheih Hadi di empang patin, Dodi di empang lele, dan Agus di empang guramih. Pagi itu masih sekitar pukul 6 pagi, belum ada pengunjung lain, biasanya pengunjung ramai di siang atau sore hari, apalagi di hari libur Sabtu dan Minggu.

Empang itu merupakan hasil kerjasama padepokan dengan karangtaruna di dusun Cibening, daerah Tangerang. Sungai itu mengalir dari sungai di Jawa Barat dan sampai di daerah itu airnya selalu jernih (bahasa Jawa: bening) sehingga sungai itu di sebut Cibening.

Tidak sulit untuk mendapatkan ikan diempang itu, apalagi masih di pagi hari, dan tidak lama kemudian semua sudah tersaji di meja panjang yang ada di gubuk nomor 7 yang berderet 3 meja dengan tikar dari bahan “mendong” menjadi alas duduk mereka.

Sheih Hadi : “Agus yang baru sekali datang ke sini, gimana?”

Agus : “Tempatnya bagus, bersih, tempat parkirnya juga luas, yang jelas di sini mudah memilih untuk dapatkan Ikan, ada Lele, Gurami, dan Patin”

Dodi : “Ntar biasanya habis dari sini masih ada “buah tangan” berupa ikan untuk dipelihara di rumah kalau mau, Gus”

Heru : “Dimasak juga bisa Gus, cuma lebih bagusnya dimasukkan kolam biar jadi banyak”

“Hehehehehehe.....” “Hmmm........” suara tawa yang meriah membuat suasana menjadi hidup.

Setelah dipimpin doa bersama, mereka mulai makan pagi bersama sambil sesekali berbincang yang sekali waktu menimbulkan gelak tawa dan senyum lebar yang terlihat ceria dari wajah-wajah mereka. Anak-anakpun senang, ada yang makan berdampingan dengan yang lainnya dan ada juga yang masih bejalan-jalan menikmati luasnya gubuk sambil sesekali dipangku oleh uminya untuk makan sambil melihat ikan yang ada di kolam.

Wati : “Entar habis makan pagi, saya sama Umi dan anak-anak mau keliling komplek padepokan bareng Dewi juga”

Umi : “Sekalian mengenalkan sama calon santri baru dengan Padepokan Al Furqon”

Dodi : “Betul betul betul, semoga menjadi anak yang sholih”

Agus : “Terimakasih doanya, semoga lahir laki-laki, aamiin”

Heru : "Sudah siapkan namanya belum, Gus"

Agus : "Sudah terlintas namanya Furqon, insya Allah"

Hadi : Aamiin

Wati : “Sheih saya titip Dodi, dia mau curhat soal Riba di bank Syariah”

Sheih Hadi : “Tenang saja, dia bukan problem makernya, dia kesini bawa problem solvingnya

Agus : “Sudah dari sejak kuliah jadi aktifis dia selalu memberikan ide-ide pemecahan masalah, kita nantikan pemecahan masalahnya. Ntar kita recokin hehehe, masih kurang apa atau kelebihan apa”

Heru : “Biasanya kurang aplikasinya hehehehe”

Dodi : “Ni saya akan dinasehatin rame-rame, untung cuma 3 berkurang 3 yang nasehatin, hahaha...”

Dewi : "Ya dah semoga mendapatkan solusinya yang terbaik, aamiin"

Wati, Umi, Dewi : “Assalamu’alaikum warohmatullah”

Sheih Hadi, Heru, Agus, dan Dodi : “Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh”

Rombongan Ibu-Ibu dan anak-anak itu sudah mulai masuk mobil, dan Dewi berada di depan pegang setir bareng Imam disampingnya yang menjadi penunjuk jalan, sedang yang di belakang ada Wati dan anak sulungnya Fatimah, juga Umi dan Aisyah putrinya. Mobil Sport berwarna putih itu melaju berlahan meninggalkan area pemancingan.

Area pemancingan itu adalah salah satu aset padepokan Al Furqon. Dan masih ada aset yang lainnya yang ada di daerah itu diantaranya persawahan dengan produksi tanaman organik termasuk produksi padi organik. Sebagai penyuplai kebutuhan pokok untuk para santri dan keluarga besar padepokan Al Furqon. Juga ada lahan ditengah dusun yang ditanami tanaman hidroponik, dari bermacam sayuran juga dengan sistem "pemupukan" organik. Sebagai penyuplai sayuran untuk lalapan ataupun dimasak untuk keluarga besar padepokan.

Sebenarnya di sisi timur kampung ada area peternakan yang berisi bermacam-macam peternakan dari kelompok peternak di dusun Cibening. Ada ternak itik, kambing PE, sapi, kerbau bahkan kuda dengan istal yang terpisah dari kandang yang lain. Memang agaknya seperti "berlebihan" namun bagi mereka dari pada belikan mobil para penduduk dusun lebih suka membeli ternak dan berkebun, sehingga jarang ditemukan mobil di situ meskipun ada juga yang membuat jasa rental mobil namun bukan milik padepokan.

Dari gapura utama padepokan Mobil itu terlihat dari arah kanan Gapura melewati padepokan lurus ke arah selatan. Di mana sebelah kanan jalan adalah persawahan yang saat itu sedang musim padi dan di sebelah kiri jalan yang mereka lewati adalah perkampungan. Sedangkan jalan yang ke arah barat lurus dari gapura utama padepokan akan berujung pada sebuah kampung dimana di sana ada rumah berderet mirip perumahan yang diperuntukkan bagi ustadz atau ustadzah yang sudah berkeluarga.

Dilihat dari tengah-tengah jalan antar dua kampung itu, ke arah selatan dan utara adalah persawahan yang cukup luar seperti membentuk huruf “H”. Di ujung persawahan sebelah utara kurang lebih 500 meter dari jalan itu ada jalan perempatan beraspal dua arah utara dan selatan adalah jalan utama atau jalan provinsi. Dan diujung persawahan bagian selatan juga ada perempatan jalan ke utara ke arah kota kecamatan dan ke selatan ke jalan propinsi. Memang sedikit agak terpencil namun dengan suasana yang seperti itu lebih nyaman dan tenang bagi santri untuk menghafal Al Quran dan menghayati maknanya.

 

 bersambung.......

 

NB. Ini hanyalah cerita fiksi apabila ada kesamaan nama, tempat, dan lain-lainnya semata-mata hanya kebetulan. Semoga bermanfaat, barokallah.

 

Cerita sebelumnya                                  Cerita selanjutnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun