Mohon tunggu...
Muthi Atillah
Muthi Atillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dampak Kecanduan Bermain Game pada Anak-Anak dan Ancaman terhadap Permainan Tradisional

28 November 2024   19:02 Diperbarui: 28 November 2024   19:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era digital seperti sekarang, permainan tradisional seperti masak-masak, layang-layang, atau main kelereng semakin jarang terlihat, dan permainan tradisional lainnya. Permainan yang dulunya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak ini kini mulai tergeser oleh game online yang semakin mudah diakses. Perubahan ini membawa banyak tantangan, salah satunya adalah munculnya fenomena kecanduan bermain game, bahkan di kalangan anak-anak kecil.

Fenomena ini tidak lagi terbatas pada remaja atau dewasa. Anak-anak usia sekolah dasar bahkan anak-anak dibawah umur kini menjadi kelompok yang terpapar kecanduan game online. Setelah pulang sekolah, mereka lebih sering mencari gadget untuk bermain daripada menghabiskan waktu dengan permainan fisik di lapangan hijau. Banyak anak yang asyik bermain hingga lupa waktu, bahkan melupakan tugas-tugas penting seperti makan, belajar, atau beristirahat.

Akses Mudah dan Dampaknya

Kemudahan akses menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kecanduan game online pada anak-anak. Gadget kini sudah menjadi barang umum di banyak khalangan. Orang tua sering memberikan gadget kepada anak-anak, baik sebagai alat komunikasi, hiburan, atau bahkan alat pengalih perhatian agar mereka tetap tenang. Namun, tanpa pengawasan yang memadai, hal ini justru menjadi pintu masuk ke dunia game online tanpa diketahuinya.

Game modern dirancang dengan elemen-elemen yang sangat menarik dengan desain dan promosi yang memukau pada iklan di berbagai media. Grafis yang memukau, tantangan yang memicu adrenalin, serta fitur sosial yang memungkinkan pemain berinteraksi satu sama lain. Ketika mereka mulai bermain, sulit bagi mereka untuk berhenti, terutama karena game sering kali memberikan penghargaan instan, seperti poin atau level baru. Biasanya mereka juga terdorong karena mengalami kekalahan, sehingga mencoba bermain sampai menang dan puas, baru akan berhenti.

Berkurangnya Aktivitas Tradisional

Dulu, permainan seperti masak-masakan, layang-layang, dan kelereng tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat pembelajaran sosial dan fisik. Permainan ini mengajarkan anak-anak tentang kerja sama, kreativitas, dan keterampilan. Ketika permainan tradisional digantikan oleh game online, anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung

Berkurangnya aktivitas fisik dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka. Anak-anak yang terlalu banyak duduk bermain game lebih rentan mengalami masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan postur tubuh, dan bahkan masalah penglihatan akibat terlalu lama menatap layar.

Dampak Psikologis

Kecanduan bermain game tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan mental dan emosional anak-anak. Beberapa dampak psikologis yang sering ditemukan antara lain:

1. Gangguan Konsentrasi

Anak-anak yang terlalu sering bermain game cenderung mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah. Hal ini disebabkan oleh otak mereka yang terbiasa dengan stimulasi game, sehingga sulit untuk fokus pada aktivitas yang lebih lambat seperti belajar.

2. Perubahan Emosi

Anak-anak yang kecanduan game sering kali menunjukkan perubahan emosi yang drastis. Mereka mudah frustrasi atau marah ketika tidak diizinkan bermain. 

3. Ketergantungan Sosial pada Dunia Maya

Interaksi sosial dalam game online sering kali menggantikan interaksi langsung dengan teman sebaya atau keluarga. Akibatnya, anak-anak kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di dunia nyata.

Peran Orang Tua dan Undang-Undang Terkait

Mengingat dampak yang begitu besar, orang tua memiliki peran penting dalam mengatasi kecanduan bermain game pada anak-anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

Membatasi Waktu Bermain

Orang tua harus menetapkan batasan waktu bermain game. Misalnya, anak-anak hanya diizinkan bermain selama satu hingga satu jam sehari setelah menyelesaikan tugas sekolah dan aktivitas lain. Hal ini juga sejalan dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dalam Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan.

Mengawasi Jenis Game yang Dimainkan

Tidak semua game buruk untuk anak-anak. Beberapa game edukatif bahkan bisa membantu meningkatkan keterampilan kognitif dan kreativitas. Namun, penting bagi orang tua untuk memilih game yang sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang ingin diajarkan. Hal ini juga didukung oleh UU ITE No. 19 Tahun 2016 (Revisi UU ITE), Pasal 45B, yang menyatakan bahwa penyedia layanan teknologi harus bertanggung jawab atas konten yang dapat berdampak buruk pada anak-anak.

Mendorong Aktivitas Lain

Orang tua bisa mendorong anak-anak untuk kembali memainkan permainan tradisional atau mengikuti kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik, seperti olahraga atau seni. Selain mendukung kesehatan fisik, langkah ini juga sejalan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan menciptakan peserta didik yang seimbang secara intelektual, emosional, dan fisik.

Memberikan Contoh yang Baik

Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jika orang tua terlalu sering menggunakan gadget atau bermain game, anak-anak juga akan melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik dengan mengurangi waktu penggunaan gadget di rumah.

Pendidikan Teknologi dan Solusi Tambahan

Selain peran orang tua, sekolah dan masyarakat juga perlu berperan dalam mengatasi kecanduan game. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan teknologi sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan tentang manfaat dan risiko teknologi, serta bagaimana menggunakannya dengan bijak.

Melibatkan teknologi secara positif, seperti belajar coding, membuat animasi, atau memanfaatkan aplikasi kreatif. Dengan begitu, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta yang produktif.

Selain itu, liburan bersama keluarga bisa menjadi solusi tambahan untuk mengurangi ketergantungan pada game online. Mengajak anak-anak ke tempat bermain, perpustakaan, atau memperkenalkan budaya dan permainan tradisional. Hal ini juga membantu menjauhkan mereka dari pengaruh buruk teknologi, seperti penggunaan kosa kata kasar yang sering terdengar dalam lingkungan game online.

Dengan memahami pentingnya perlindungan anak melalui undang-undang yang ada dan langkah-langkah bagi keluarga dan masyarakat, kita dapat menciptakan generasi muda yang lebih sehat, bijak dalam menggunakan teknologi, dan tetap menghargai nilai-nilai tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun