Mohon tunggu...
Muthiah Mujahidah
Muthiah Mujahidah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

bebas namun terarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Yuk Kenali Model-Model Evaluasi Program!

20 Juni 2024   22:43 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Model berarti pola, rencana, contoh dari sesuatu yang akan dibuat atau dilakukan. Model evaluasi merupakan penjabaran dari teori evaluasi dalam praktek pelaksanaan evaluasi. Suatu model evaluasi menjelaskan tentang pengertian evaluasi dan proses melaksanakannya (Wirawan, 2011:79-80). Model evaluasi program ini membahas tentang teori evaluasi terhadap program pendidikan yang cakupannya lebih luas dari program pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.

Ada beberapa model evaluasi program yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagaimana yang dijelaskan oleh Wirawan (2011:80-106) sebagai berikut:

1. Model evaluasi berbasis tujuan (goal based evaluation model)

Model ini merupakan model tertua yang pertama kali dikembangkan oleh Ralph Tyler. Dia mendefinisikan evaluasi sebagai "....process of determining to what extent the educationa objective are actually being realized". Jadi menurutnya, evaluasi merupakan proses menentukan  sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan sesungguhnya dapat dicapai (Wirawan:80-81).

Michael Scriven mendefinisikan goal based evaluation sebagai "...any type of evaluation based on the knowledge of-and referenced tothe goals and objectives of the program, person, or product ....." Jadi menurutnya, model evaluasi berbasis tujuan adalah setiap jenis evaluasi berdasarkan pengetahuan dan direferensikan kepada tujuan-tujuan program, orang, atau pruduk.

Model evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan, program, atau proyek dapat dicapai atau tidak.  

2. Model evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation model)

Model evaluasi bebas tujuan ini dikemukakan oleh Michael Scriven (1973). Menurut Scriven sebagaimana yang dikutip oleh Wirawan (2011:84) model evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruh  yang sesungguhnya. Sebelum melakukan evaluasi, evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan program, evaluasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang sesungguhnya dari pelaksanaan program, baik pengaruh positif maupun negatif. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan pengaruh yang mungkin terjadi dari suatu program yang diaksanakan.

. Model Evaluasi formatif dan sumatif

Istilah evaluasi formatif (formative evaluation) diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967. Model evaluasi ini dilakukan ketika program sedang dilaksanakan (formatif) dan ketika program sudah selesai dilaksanakan (sumatif). Jadi dalam model ini, evaluasi formatif dilakukan sepanjang program dilaksanakan untuk diketahui kelemahannya, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Evaluasi formatif ini bisa dilakukan beberapa kali selama program itu dilaksanakan, sehingga perbaikannya pun bisa dilakukan berkali-kali.

Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir pelaksanaan program untuk mengukur indikator pencapaian sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam tujuan program.

4. Model evaluasi responsive (responsive evaluation model)

Model evaluasi responsif ini dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Pada awalnya Stake menamai dengan countenance of educational evaluation (Wirawan, 2011:89).

Menurut stake yang dikutip oleh Wirawan (2011:90), evaluasi disebut responsif apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu: 1) lebih 

berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan program; 2) merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dan audiens; 3) perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang yang dilayani dan dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.

Lebih lanjut Stake menyatakan bahwa evaluator pendidikan harus bekerja untuk mendapatkan dukungan para pendidik yang menyajikan layanan pendidikan. Evaluator melayani berbagai jenis klien, termasuk para guru, para administrator sekolah, pengembang kurikulum, dan masyarakt pada umumnya yang sering memiliki perbedaaan kebutuhan.

5. Model evaluasi ketimpangan (Dicrepancy evaluation model)

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcom M. Provus pada tahun 1971 dalam bukunya yang berjudul Discrepancy Evaluation. Provus percaya bahwa evaluasi merupakan suatu seni yang menggambarkan ketimpangan antara standar kinerja dengan kinerja yang terjadi atau kinerja yang dicapai.  

6. Model Evaluasi Context, Input, Process, dan Product (CIPP)

Model evaluasi CIPP ini mulai dikembangkan oleh Danie Stufflebeam pada tahun 1966. Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif-alternatif pengambilan keputusan.

Melukiskan artinya menspesifikasi, mendefinisikan, dan menjelaskan untuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh pegambil keputusan; Memperoleh artinya mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis informasi dengan menggunakan pengukuran dan statistik; Menyediakan artinya mensintesiskan informasi, sehingga akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan evaluasi program tersebut.

Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu: Evaluasi konteks (context evaluation), Evaluasi masukan (input evaluation), Evaluasi proses (process evaluation), dan evaluasi produk (product evaluation).

Nah itu dia model-model dari evaluasi program

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun