Jangan pula banyak kau larang bahkan hanya bermain layangan dengan teman sebayanya. Anak laki-lakimu butuh banyak pengalaman ibu. Jangan kau marahi ia karna pulang sekolah bajunya kotor. Jika kau sudah tidak ada, apa anak laki-lakimu sanggup mandiri?
Beri sedikit kelonggaran kepadanya agar ia bisa memiliki pengalaman dengan temannya, cara bersosialisai diluar.
Jika sedikit-sedikit memanggilnya ketika ia sedang bermain, ia akan malu ibu. Karna jika ia sudah dewasa tak ada lagi waktu bermain. Biarkan ia mengeksplore dirinya tapi tetap kau arahkan.
Kau ibu yang paling perhatian dan yang paling telaten diantara yang lain tapi caranya berlebihan dan terlalu protektif. Apapun yang dipegangnya kau larang, apapun yang ia lakukan kau salahi semua harus sesuai perintahmu, apapun yang ia inginkan kau layani. Kau terlalu otoriter ibu.
Jika kau kesepian lakukan hal yang kau sukai, biarkan anakmu juga melakukan hal yang ia sukai agar ia tak terkekang dirumahmu.
Jika kau emosi terhadap sesuatu jangan kau luapkan semaumu kepada, yang berujung kau terlalu otoriter kepadanya. Sudah kau otoriter kepadanya kau manja pula ia dengan melayaninya seperti raja.
Itu keliru ibu.
Note : kisah pengalaman itu menjadi pelajaran untuk kita terutama ibu baru, jadilah ibu yang seimbang. Ada kala kau seperti ayah yang tegas, ada kala kau menjadi teman berbagi yang asik, ada kala kau menjadi ibu tempat berkeluh kesah dan bermanja, dan ada kala kau seperti guru yang perhatian.
Kita semua punya kelebihan kekurangan maka maksimalkan dengan belajar dari pengalaman orang lain. Semoga kita menjadi ibu yang dikagumi oleh anak-anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H