Kesalahan berpikir ini dapat menyebabkan munculnya pikiran otomatis dan secara berbahaya akan menghasilkan keyakinan yang salah terhadap diri sendiri.
Keyakinan yang salah terhadap diri sendiri dapat meluas menjadi sebuah pola pikir bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan individu disebabkan oleh kesalahan dirinya sendiri atau self-blaming.Â
Sehingga kecenderungan untuk menyalahkan diri dan selalu merasa bersalah -yang merupakan gejala depresi, menjadi menetap. Mereka menjadi terbiasa dengan pola pikir yang salah dan selalu memikirkan bahwa hal buruk akan terjadi dalam seluruh aspek kehidupannya.Â
3. Perspektif Teori InterpersonalÂ
Orang yang mengalami depresi memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami konflik dalam hubungan relasi sosial. Beberapa diantara orang yang mengalami depresi memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dari orang lain, tetapi mereka juga mudah merasakan penolakan dari orang lain, suatu sifat yang dikenal sebagai rejection sensitivity.Â
Mereka membutuhkan kepastian yang berlebihan dalam berelasi dan terus menerus mendambakan konfirmasi dari orang lain bahwa mereka diterima dan disukai. Mereka tidak pernah sepenuhnya mempercayai validasi yang diberikan orang lain kepada mereka, maka mereka terus kembali untuk meminta penguatan.Â
Seiring berjalannya waktu, keluarga dan teman mereka mungkin menjadi frustrasi atau merasa kesal karena tindakan individu tersebut.Â
Jika individu tersebut membaca tanda-tanda ini dari orang disekitar mereka, maka ia akan merasa semakin tidak aman dan semakin memperburuk kondisi depresinya.Â
***
Dalam konseling atau psikoterapi, mengetahui riwayat berkembangnya keluhan menjadi hal yang wajib untuk diketahui oleh psikolog. Karena dengan itu, maka akan disusun sesi terapi yang sesuai dengan tingkat keparahan gangguan (durasi, frekuensi, intensitas), onset (waktu permulaan munculnya keluhan), latar belakang dan karakteristik kepribadian klien.Â
Sehingga konseling atau psikoterapi yang diberikan akan bersifat sangat khas dan berbeda pada setiap klien, karena bisa jadi tidak efektif jika diberikan pada klien lain meskipun dengan tipe diagnosis gangguan mental yang sama.Â