Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Mengintegrasikan keilmuan psikologi konvensional dengan prinsip Islam untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu, sehingga mereka dapat menjalani hidup yang lebih sehat, bermakna, bahagia di dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengurai Depresi melalui Lensa Psikologis yang Berbeda

1 Agustus 2024   19:30 Diperbarui: 3 Agustus 2024   00:08 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Merasa stres. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Namun menurut saya pribadi konsep teori ini memiliki kelemahan. Dampak learn helplessness tidak selamanya negatif tergantung kepada event (kejadian) apa yang terjadi di lingkungan. 

Dampak negatif learn helplessness dapat terjadi jika individu sesungguhnya masih bisa memanipulasi kejadian di lingkungannya atau mengupayakan agar terjadi perubahan pada sumber stress di lingkungan.

Namun, tidak dilakukan karena yakin bahwa tidak ada yang bisa diupayakan untuk mengubah kondisi tersebut. Contohnya pada fenomena dimana seorang istri yang tetap bertahan dalam pernikahan dengan suaminya yang melakukan KDRT berulang.

 (Pexels/Ron Lach)
 (Pexels/Ron Lach)

Pada kejadian-kejadian dimana individu tidak dapat melakukan apapun untuk mengubahnya (misal: mengalami bencana alam atau kematian orang terdekat) learn helplessness malah akan berdampak positif karena akan melahirkan sikap pasrah. 

Sikap pasrah ini yang akan memunculkan penerimaan (acceptance) yaitu fase akhir yang penting dalam proses grief (denial-anger-bargaining-depression-acceptance).

2. Perspektif Cognitive Behavioral 

Aaron Beck, founding father terapi perilaku kognitif berpendapat bahwa orang yang menderita depresi memandang dunia melalui tiga rangkaian cara berpikir negatif, yaitu mencakup pandangan negatif tentang diri mereka sendiri, dunia, dan masa depan. 

Mereka juga melakukan kesalahan dalam berpikir yang memperkuat tiga rangkaian cara berpikir negatif, seperti mengabaikan peristiwa positif dan membesar-besarkan peristiwa negatif. Pemikiran negatif ini dapat menyebabkan dan mempertahankan depresi.

Proses berpikir yang salah juga dapat menjadi penyebab depresi. Orang yang depresi cenderung menunjukkan ingatan yang terlalu umum atau overgeneralization. 

Misalnya, ketika mereka mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari seseorang mereka akan cenderung berpikir "Orang-orang jahat terhadapku" bukan memikirkan fakta yang sebenarnya terjadi yaitu "Si A kemarin berbicara dengan ketus". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun