Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Mengintegrasikan keilmuan psikologi konvensional dengan prinsip Islam untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu, sehingga mereka dapat menjalani hidup yang lebih sehat, bermakna, bahagia di dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bagaimana Menunda Pekerjaan dapat Berkaitan dengan Gangguan Mental

5 Juni 2023   09:35 Diperbarui: 5 Juni 2023   15:01 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkah kamu menunda pekerjaan yang menjadi tanggung jawab? Pastinya pernah. Namun apakah perilaku menunda itu dilakukan secara terus menerus sampai mengganggu performa dalam keseharian, akademik, atau pekerjaan? Juga apakah ada dampak secara mental yang disebabkan oleh perilaku menunda itu? 

Misalnya menyebabkan perubahan negatif dalam pola pikir atau perasaan. Ini saatnya kamu untuk segera menata kembali diri dan menyelesaikan tugas-tugas yang selama ini tertunda.

Apa itu Prokrastinasi?

Dalam psikologi, perilaku menunda disebut sebagai prokrastinasi. Prokrastinasi adalah tindakan menunda atau mengerjakan tugas di menit-menit terakhir, atau sampai melewati tenggat waktu pengumpulan tugas. 

Beberapa peneliti mendefinisikan penundaan sebagai bentuk kegagalan pengaturan diri yang ditandai dengan penundaan tugas yang tidak rasional meskipun konsekuensi dari penundaan tugas itu berpotensi negatif. 

Tidak rasional disini berarti alasan yang membuat kamu tidak juga mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawab bukanlah hal yang memang secara logis dapat dibenarkan. 

Alasan logis misalnya seperti ketika kamu menunda pengerjaan tugas karena alasan kesehatan, ada kegiatan lain yang mendesak dan jika tidak dilakukan akan bisa mengancam diri atau orang lain, atau alasan lain yang secara objektif dapat diterima. 

Dan biasanya alasan-alasan yang objektif dan logis seperti ini tidak akan selalu muncul. Yang seringnya terjadi adalah alasan untuk menunda pekerjaan yang dibuat-buat atau bahkan tanpa alasan sama sekali sehingga penyelesaian tugas menjadi terbengkalai. 

Kaitan Prokrastinasi, Shame (Rasa Tercela) dan Guilt (Rasa Bersalah) 

Penelitian yang dilakukan oleh Záhorcová et al (2020) mengukur tingkat prokrastinasi, self-forgiveness, shame proneness, guilt proneness, emosi negatif dan positif pada 217 mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prokrastinasi memiliki hubungan positif dengan shame proneness

Artinya semakin tinggi shame proneness, semakin tinggi pula perilaku prokrastinasi yang dilakukan. Shame proneness adalah kecenderungan seseorang untuk memaknai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai orang yang buruk, salah, memiliki kekurangan dan tidak berharga. (Tangney, 1996). 

Shame proneness dan prokrastinasi juga dibarengi dengan banyaknya emosi negatif. Namun, prokrastinasi tidak berhubungan dengan guilt proneness. Guilt proneness adalah kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan negatif tentang kesalahan yang dilakukannya, meskipun hal itu tidak diketahui orang lain (Cohen et al., 2012).

Perbedaan Shame dan Guilt

Meskipun shame dan guilt sama-sama merupakan emosi negatif, namun shame lebih berdampak buruk pada individu yang mengalaminya. Shame membuat individu membentuk pemaknaan terhadap diri secara keseluruhan yang negatif, sedangkan guilt fokus pada perilaku salah apa yang pernah dilakukan yang artinya itu hanya bagian perilaku diri yang harus diperbaiki.

Shame akan lebih banyak menghasilkan emosi-emosi negatif juga berhubungan dengan gejala gangguan mental yang lebih berat seperti kecemasan dan depresi. 

Di sisi lain guilt proneness tidak berhubungan dengan gangguan mental. Ketika menghadapi penilaian lingkungan, individu yang memiliki shame proneness akan cenderung untuk menjauh dan menghindari tantangan sedangkan individu dengan guilt proneness lebih mampu untuk menerima tantangan karena termotivasi untuk memperbaiki diri.

Memaafkan Diri

Penelitian oleh Záhorcová et al (2020) juga menemukan bahwa ada variabel lain yang dapat membantu individu yang melakukan prokrastinasi untuk dapat menumbuhkan motivasi dan menerima tanggung jawab, juga menghindari untuk melakukan prokrastinasi di masa mendatang. 

Variabel terebut adalah self-forgiveness atau memaafkan diri. Self forgiveness berkorelasi negatif dengan prokrastinasi, artinya semakin tinggi seseorang memaafkan dirinya semakin kecil juga kemungkinannya untuk melakukan prokrastinasi. 

Bukan memaafkan diri dalam arti melepaskan diri dari beban tanggung jawab namun menerima tanggung jawab dan menyadari bahwa perilaku prokrastinasi adalah sebuah perilaku yang dapat diubah dan diperbaiki. 

Dengan mindset seperti itu maka motivasi diri akan muncul untuk mengubah pola kebiasaan dan mengelola perencanaan tugas dengan lebih baik. Yang dengan itu emosi yang muncul akan menjadi lebih positif, fokus meningkat, perilaku menjadi efektif dan produktif, mampu menjawab tantangan-tantangan lingkungan merupakan modal awal terbentuknya kesehatan mental.

Berusahalah dulu dengan sebaik-baiknya, tidak perlu mengkhawatirkan hasil!

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105). 

 ***

Referensi:

Cohen T. R., Wolf S. T., Panter A. T., Insko C. A. (2011). Introducing the GASP scale: A new measure of guilt and shame proneness. Journal of Personality and Social Psychology, 100, 947–966. doi:. 10.1037/a0022641

Tangney, J. P. (1996). Conceptual and methodological issues in the assessment of shame and guilt. Behaviour Research and Therapy, 34(9), 741-754. https://doi.org/10.1016/0005- 7967(96)00034-4

Záhorcová Martinčeková, Lucia & Enright, Robert. (2020). The effects of self-forgiveness and shame-proneness on procrastination: exploring the mediating role of affect. Current Psychology. 39. 428–437. 10.1007/s12144-018-9926-3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun