Lalu latihan seperti apa yang mencakup monitoring dan delay gratification?Â
Jauh sebelumnya Allah telah memberikan teknik agar manusia dapat membangun kemampuan self control, yaitu dengan melaksanakan shaum. Khususnya shaum di bulan Ramadhan dimana kita dilatih dalam satu bulan penuh untuk mengendalikan insting hewani. Dimana dalam shaum kita dihadapkan pada pilihan untuk bisa cepat memuaskan rasa lapar dan haus di siang hari atau menundanya sampai maghrib demi mendapatkan pahala, dihapuskan dosa, dan meningkatkan ketakwaan (delay gratification). Dimana dalam shaum kita dilatih untuk waspada penuh agar tidak melakukan tindakan yang dapat membatalkan shaum dan mengurangi pahala shaum (monitoring). Pada tingkatan shaum yang paling tinggi bahkan kita harus menghindari pemikiran, penglihatan, dan pendengaran dari hal-hal yang tidak berguna.
Dengan shaum, kekuatan mental kita diforsir agar mampu mempertahankan self control seharian penuh. Lelah wajar terasa namun itulah yang dibutuhkan agar dalam sebelas bulan ke depan hasil latihan di bulan ini dapat menuai hasilnya. Karena indikator berhasil tidaknya training Ramadhan yang kita jalani adalah bagaimana sikap mental kita di bulan bulan berikutnya. Ramadhan bukan layaknya penjara, bebas melakukan apapun ketika sudah keluar darinya. Ramadhan adalah sekolah, dimana hasil binaannya perlu terus dibawa kemanapun dan kapanpun, dan levelnya harus meningkat setiap tahun.
Sumber:Â
American Psychological Association (APA). Self Control. Diakses tanggal 28 Maret 2023, dari https://dictionary.apa.org/self-control
Baumeister, R. F., Vohs, K. D., & Tice, D. M. (2007). The strength model of self-control. Current directions in psychological science, 16(6), 351-35