Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikologi klinis. Psikologi Islam. Masih terus belajar. Mengerahkan segala potensi, semoga Allah SWT meridhoi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jenis Cinta, Keberlangsungannya, dan Cara Mengontrolnya

23 Februari 2023   16:15 Diperbarui: 6 Maret 2023   10:07 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pexels/cotton bro studio)

Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.

-Tere Liye

Pernahkah Anda merasakan cinta? Sepertinya setiap manusia pernah merasakannya. Banyak definisi tentang cinta yang dirumuskan, baik oleh para tokoh publik, sastrawan, bahkan dapat juga didefinisikan oleh individu yang sedang merasakan cinta. Yang membuat makna cinta itu sendiri menjadi relatif. Dalam psikologi pula terdapat beberapa ahli yang merumuskan teori mengenai cinta, namun yang menarik adalah teori yang dirumuskan oleh psikolog Elaine Hatfield. Hatfield (2008) melakukan riset terhadap pasangan pengantin baru yang diwawancara di awal pernikahan dan pasangan tersebut diwawancarai kembali sekitar satu tahun kemudian. Hatfield juga mewawancarai sampel random yang sedang menjalani pernikahan berusia puluhan tahun. Hasil riset ini dijadikan Hatfield sebagai dasar untuk membedakan cinta menjadi dua jenis: passionate dan compassionate. Mari kita coba pahami perbedaannya.

1. Passionate Love

Gambaran Hatfield tentang jenis cinta ini dirangkum dalam sebuah kalimat: "sebuah keadaan perasaan yang kuat yang mendorong untuk selalu bersama". Tipe cinta ini umum ditemukan ketika kedua individu memulai sebuah hubungan. Perasaan yang muncul adalah emosi yang menggebu-gebu, yang mendorong satu sama lain untuk selalu bersama, selalu memikirkan pasangan, dan munculnya rasa rindu yang kuat. Ketika rasa cinta ini berbalas, maka dapat menimbulkan rasa senang dan terpuaskan. Namun jika bertepuk sebelah tangan, atau ketika hubungan tidak bisa dilanjutkan dalam sebuah ikatan akan muncul rasa sedih, cemas dan kecewa.   

Hatfield merumuskan beberapa ciri dari jenis cinta ini:

1. Memikirkan orang yang dicintai secara terus-menerus, tidak mengenal waktu dan tempat sehingga bisa jadi menganggu fokus individu yang sedang mengalaminya.

2.  Munculnya idealisasi terhadap orang yang dicintai sebagai seseorang yang sempurna, tanpa cela. Begitu pula persepsi mengenai hubungan yang sedang dijalani. Seakan-akan semua yang dilakukan adalah benar, menjadi pasangan yang ideal dan sudah ditakdirkan.

3.  Keinginan yang kuat untuk mengetahui segala hal mengenai pasangan dan juga keinginan agar semua tentang diri dikenali dan diketahui oleh pasangan.

4. Emosi yang dirasakan dalam keseharian sangat dipengaruhi oleh lancar atau tidaknya hubungan yang dijalani. Jika berjalan baik, maka rasa senang akan dengan mudah dirasakan. Sebaliknya jika sedang mengalami masalah dalam hubungan, maka emosi negatif cenderung mudah dirasakan.

5. Kebutuhan untuk bisa selalu dekat dengan pasangan secara fisik. Individu yang sedang mengalami cinta jenis passionate akan selalu berusaha untuk mendekati orang yang dicintainya.

2. Compassionate Love

Cinta jenis ini ditandai dengan tingkat keintiman yang tinggi. Bukan selalu berbicara mengenai hubungan fisik, namun lebih kepada kepercayaan, komitmen, dan rasa kasih sayang. Dalam hubungan jangka panjang , jenis cinta passionate cenderung lebih mereda menjadi jenis compassionate (menurut Hatfield terjadi dalam waktu 1-2 tahun sejak mengawali hubungan). Bukan berarti dorongan cinta passionate menghilang, namun berevolusi menjadi kepedulian yang mendalam antara satu sama lain, pemahaman yang utuh mengenai orang yang dicintai, dan munculnya komitmen untuk tetap bersama dalam kondisi senang dan susah juga dalam kondisi dimana terjadi perbedaan pendapat. Pasangan dengan jenis cinta ini akan dapat bertahan untuk selalu bersama.

Ciri dari jenis cinta compassionate adalah:

1. Jenis cinta ini ditandai oleh adanya dedikasi dan komitmen jangka panjang sehingga hubungan yang dijalani dapat bertahan lama.

2. Keintiman yang tinggi dimana masing-masing dapat saling berbagi mengenai hal apapun, perasaaan, persepsi, dan juga kekhawatiran.

3. Adanya kepercayaan yang kuat antara satu sama lain. 

 Faktor yang Mempengaruhi

Dua jenis cinta di atas bisa jadi tidak dapat dirasakan oleh setiap individu, maka Hatfield juga merumuskan apa saja faktor yang dapat mempengaruhinya.

1. Timing. Seberapa siap individu untuk berada dalam sebuah hubungan dan merasakan cinta.

2. Kelekatan di masa kecil. Individu yang tumbuh dengan memiliki kelekatan/ikatan yang aman dengan orang tua akan cenderung lebih terlibat dalam hubungan jangka panjang dengan mengalami cinta yang passionate dan compassionate, namun individu dengan kelekatan yang tidak aman cenderung untuk mudah jatuh cinta dan kehilangan perasaan cinta itu dalam waktu yang sesaat pula sehingga sulit baginya untuk mengembangkan jenis cinta compassionate.

3.  Memiliki kesamaan dengan pasangan. Munculnya cinta passionate biasanya diawali dari penampilan fisik yang menarik, mudah diajak berelasi dan perhatian/menunjukkan kasih sayang. Namun adanya kesamaan-kesamaan yang dimiliki dengan pasangan lebih memungkinkan individu untuk terlibat dalam cinta compassionate.  

Keberlangsungan Kedua Jenis Cinta

Hatfield menyatakan bahwa cinta passionate bertahan lebih singkat daripada cinta compassionate. Pasangan yang terlibat dalam cinta compassionate bukan berarti kehilangan elemen cinta passionate. Cinta compassionate tetap memiliki ciri passionate hanya saja tidak lagi memunculkan emosi yang menggebu-gebu atau pemikiran yang obsesif namun berkembang menjadi hubungan yang penuh kelembutan, ikatan yang kuat, bahkan munculnya pertemanan dan menikmati kebersamaan. Beberapa riset menunjukkan bahwa cinta compassionate mencakup keterlibatan yang intens dan daya tarik seksual namun tidak lagi obsesif seperti cinta passionate. Dan ini memiliki korelasi kuat dengan kepuasan pernikahan, self-esteem (harga diri) yang tinggi dan meningkatnya well-being (kesejahteraan). Karena itu tipe cinta compassionate bertahan jauh lebih lama daripada cinta passionate yang hanya bertahan antara 6-30 bulan.

Dapatkah Manusia Mengendalikan Rasa Cinta?

Lalu, apakah individu yang belum memiliki timing yang tepat, atau memiliki kelekatan yang kurang optimal di masa kecil akan selalu terjebak dalam cinta passionate dan tidak bisa mengembangkan cinta compassionate? Tentu tidak. Ataukah individu yang mengalami cinta passionate yang terlarang atau terlibat dalam affair merasa itu adalah hal yang sudah ditakdirkan dan tidak mampu mengontrol rasa cintanya? Hal ini juga salah besar. 

Beberapa riset psikologi telah menunjukkan bahwa rasa cinta sepenuhnya dapat dikendalikan. Sama seperti kondisi emosi yang lain yang dapat dikelola oleh pemiliknya, begitupun dengan rasa cinta. Langeslag dan Van Strien (2016) merumuskan teknik-teknik regulasi cinta yang dapat dilakukan oleh individu agar dapat mengelola rasa cinta, menghentikan rasa cinta, mempertahankan rasa cinta, dan pulih dari retaknya hubungan:

1. Cognitive Reappraisal. Mengubah cara berpikir mengenai pasangan atau mengenai hubungan yang dijalani. Misalnya menyadari sepenuhnya bahwa pasangan memiliki kelebihan-kelebihan yang selama ini jarang kita syukuri atau bahwa pasangan affair tidaklah sempurna dan kenyataannya tidak bisa sebaik pasangan sah kita. 

2. Distraction. Menciptakan distraksi untuk membantu mengalihkan pemikiran obsesif.

3. Avoidance. Menghindari orang yang kita cintai akan memudahkan kita untuk melunturkan perasaan cinta.

4. New activities. Melakukan aktivitas baru sebagai upaya untuk mempertahankan rasa cinta. Misalnya kencan di malam Minggu dengan suami/istri, menonton bioskop atau makan malam romantis.

Jadi, sesungguhnya kita bisa mengendalikan rasa cinta. Sesungguhnya kita bisa menghentikan jika cinta yang dirasakan akan mengarahkan kepada kerugian-kerugian, perilaku yang diluar norma dan syariat, bahkan berdampak pada hancurnya keluarga. Sejauh mana individu bisa memahami bahwa yang salah adalah salah dan apa yang benar itu benar, maka mereka dapat sepenuhnya mengendalikan rasa cintanya. Mengingatkan saya pada salah satu opini dari tokoh publik yang menyatakan bahwa kita bisa memilih untuk menikah dengan siapa saja namun tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Opini itu bisa dipatahkan dengan bukti-bukti riset ini (😊). Begitu pula dengan semaraknya 'tren' pergaulan bebas, seks diluar nikah, perselingkuhan, yang sedang hilir mudik, berkamuflase di balik tontonan layar lebar dan layar kaca. Menjadi referensi imitasi perilaku bagi para pelakunya, menganggap itu adalah hal yang sudah menjadi biasa. Karena itu jatuh cintalah dengan cara yang elok, cara yang diridhoi oleh Allah. Karena Allah tahu yang terbaik untuk kita, pasrahkan pada-Nya, tetap menjaga kehormatan diri dan bersyukurlah. Niatkan dan arahkan gerak langkah kita hanya untuk mematuhi Allah, maka Allah akan menganugerahkan jalan cinta yang terindah untuk hamba-Nya. 

Referensi:

Elaine, Hatfield & Pillemer, Jane & O’Brien, Mary & Le, Yen-Chi. (2008). The Endurance of Love: Passionate and Companionate Love in Newlywed and Long-Term Marriages. Interpersona : An International Journal on Personal Relationships. 2. 10.5964/ijpr.v2i1.17.

Langeslag, Sandra J. E.& van Strien, Jan W. (2016). Regulation of Romantic Love Feelings: Preconceptions, Strategies, and Feasibility. PLoS ONE, Vol 11(8), Aug 16 , 2016, Article e0161087. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun