Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Guru - Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Sekilas Sejarah Pelabuhan Merak

19 April 2023   21:33 Diperbarui: 22 April 2023   04:33 3424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Merak dan Stasiun Kereta Api antara tahun 1920 atau 1930 (sumber gambar: collectienederland.nl) 

Pada tanggal 11 April 2023, Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo dan rombongan datang berkunjung ke Pelabuhan Merak. Sebelum ke Pelabuhan Merak, presiden terlebih dahulu mengunjungi Pasar Kelapa untuk mengecek harga-harga kebutuhan pokok.

Sehari sebelum kedatangan Presiden ke Merak, Panglima TNI, Kapolri, Menhub, Menko PMK dan rombongan pejabat lain datang terlebih dahulu untuk meninjau persiapan arus mudik di Pelabuhan Merak. 

Saban tahun di musim mudik lebaran, Pelabuhan Merak selalu menjadi sorotan utama pemerintah pusat. Pelabuhan yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini merupakan pintu gerbang utama untuk kapal penyeberangan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. 

Kapal penyeberangan yang diberangkatkan dari Pelabuhan Merak biasanya menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung, Sumatera. Rute ini menjadi salah satu jalur transportasi utama antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. 

Sehingga apabila musim mudik datang, kondisi Pelabuhan Merak sangat ramai dengan para pemudik, baik itu pemudik yang menggunakan transportasi umum seperti Bus, sepeda motor, mobil pribadi ataupun pemudik pejalan kaki. 

Kepadatan Kendaraan Roda Empat di Pelabuhan Merak pada tanggal 19 April 2023 (sumber gambar: koleksi Muthakin al-Maraky) 
Kepadatan Kendaraan Roda Empat di Pelabuhan Merak pada tanggal 19 April 2023 (sumber gambar: koleksi Muthakin al-Maraky) 

Untuk menghindari kemacetan dan kepadatan arus pemudik di Pelabuhan Merak, pada tahun ini pemerintah mengeluarkan aturan dan kebijakan. Terhitung dimulai dari tanggal 15 April sampai 21 April 2023, kendaraan roda dua dan truk barang (golongan VB, VIB,  VII s/d golongan IX) yang hendak menyeberang ke Sumatera diarahkan menuju Pelabuhan Pelindo II Ciwandan. Jadi, selama tanggal tersebut, Pelabuhan Merak hanya melayani Bus dan kendaran R4 saja. 

Di Lampung sendiri, di musim mudik seperti ini beberapa pelabuhan penyeberangan akan dioptimalkan. Jadi tidak hanya Pelabuhan Bakauheni saja, melainkan Pelabuhan BBJ dan Pelabuhan Panjang akan diperbantukan sebisa mungkin. 

Mendengar nama Pelabuhan Panjang, ini mengingatkan sepenggal kisah sejarah transportasi laut di Selat Sunda. Sebelum Pelabuhan Bakauheni dibangun, rute penyeberangan di masa lalu yaitu melayani antara Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Merak. 

Sejak era kolonial hingga era reformasi hari ini, Pelabuhan Merak memiliki peranan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Komoditi yang dibawa dari Pulau Sumatera menuju Pulau Jawa ataupun sebaliknya, akan melalui Pelabuhan Merak.

Bagimana sejarah Pelabuhan Merak yang cukup dikenal masayarakat Indonesia ini? 

Pelabuhan Merak pada masa Hindia-Belanda

Sebelum Kerajaan Islam berdiri di tanah Banten, daerah yang berada di ujung barat Pulau Jawa itu telah menjadi salah satu tujuan utama para pedagang dari luar daerah, bahkan mancanegara. Di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda kala itu, Banten menjadi kota niaga. 

Dalam catatan perjalanan Tom Pires (1513), Banten merupakan salah satu bandar besar yang di dalamnya memperdagangkan lada, beras dan bahan makanan lain. 

Pada abad ke-16, ketika berada di bawah kekuasaan Kerajaan Islam, Banten menjadi tumbuh sangat pesat dan menjadi bandar Internasional. Banten ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Seperti pedagang dari Cina, Arab, India, Jepang, Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan lain-lain. 

Jejak kejayaan bandar Banten di masa lalu sebagai pelabuhan internasional dapat kita lihat hari ini di Pelabuhan Karangantu yang terletak di sisi timur kota. Menurut Endang Djaenuderadjat dalam Atlas Pelabuhan Bersejarah di Indonesia (2013), bahwa pelabuhan utama pada masa Kerajaan Islam Banten yang digunakan sebagai pelabuhan internasional adalah Pelabuhan Karangantu yang lokasinya di sisi timur/timur laut kota Banten. 

Namun hari ini Pelabuhan Karangantu bukan lagi sebagai pelabuhan internasional, melainkan hanya sebatas pelabuhan kecil yang disinghahi oleh para nelayan lokal dan nelayan dari daerah luar Banten. 

Ketika Banten berada di bawah kekuasaan kolonial, Banten menjadi pemasok kebutuhan pemerintah Hindia-Belanda. Komoditi seperti kopi, copra, tembakau, lada dan tebu ditanam dan dibudidayakan masyarakat Banten. Sebagai penunjang mobilisasi kegiatan perekonomian, dibangunlah jalur kereta api dan pelabuhan. 

Pada tahun 1912, di masa  Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg (1909-1916), di ujung jalur rel kereta api yang menghubungkan antara Tanah Abang di Jakarta dan Merak di Banten, dibangun sebuah pelabuhan untuk menunjang aktivitas pemerintah kolonial. Barang-barang kebutuhan dan hasil pertanian baik dari Pulau Jawa ataupun Pulau Sumatera akan dibawa melalui Pelabuhan Merak. 

Dalam Tesis S2 UI Tahun 2011 yang berjudul Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni Di Selat Sunda 1912-2009, Andi Syamsu menjelaskan, Pelabuhan Merak merupakan fasilitas yang menunjang aktivitas pemerintah Hindia-Belanda dalam menguras kekayaan alam Indonesia pada masa itu. 

Nampak Stasiun Merak dan Pelabuhan Merak tahun 1920-an atau 1930-an (sumber gambar: collectienederland.nl) 
Nampak Stasiun Merak dan Pelabuhan Merak tahun 1920-an atau 1930-an (sumber gambar: collectienederland.nl) 

Pelabuhan Merak pada masa itu dikelola oleh Staatsspoorwegen (SS). Staatsspoorwegen adalah sebuah perusahaan kereta api milik pemerintah Kerajaan Belanda. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1875 ini membangun jalur-jalur kereta api yang berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Termasuk jalur kereta Api dari Tanah Abang sampai ke Merak.

Selain melayani penumpang yang hendak menyebrang ke Pulau Sumatera, pada masa itu Pelabuhan Merak juga menjadi pelabuhan yang berperan melayani pengangkutan barang dan jasa. Bahkan, barang-barang hasil pertanian dan perkebunan dari Banten yang hendak diekspor ke luar negeri juga melelaui pelabuhan ini. 

Pelabuhan Merak dikatakan sebagai pelabuhan perintis penyeberangan antarpulau di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan M. Halwi Dahlan dalam artikelnya di Jurnal Patanjala (Vol.2 No.1, Maret 2010) yang berjudul Pelabuhan Penyebrangan Merak (1956-2004), bahwa ketika dibuka pada tahun 1912, Pelabuhan Merak menjadi satu-satunya pelabuhan penyeberangan dari Pulau Jawa (Merak) ke Pulau Sumatera (Panjang). Hal ini menjadikan Pelabuhan Merak sebagai pelabuhan perintis yang beroperasi sebagai pelabuhan penyeberangan antarpulau. Barulah, pada tahun 1913 pemerintah Hindia Belanda membangun Pelabuhan Kamal di Jawa Timur. 

Namun, jangan dibayangkan bentuk bangunan Pelabuhan Merak di masa awal-awal dengan bangunan Pelabuhan Merak hari ini. Dalam beberapa sumber dikatakan, bentuk Pelabuhan Merak awal-awal masih sangat sederhana. Bahkan bahan  baku bangunan dermaganyapun terbuat dari batang pohon kelapa. Ini sangat memungkinkan, karena saat itu sekitaran Pelabuhan Merak banyak tumbuhi pohon kelapa. 

Pelabuhan Merak: Dari PNKA hingga ASDP

Pada masa Orde Lama, di tahun 1957, pengelolaan Pelabuhan Merak dipegang oleh Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Perusahaan kereta api ini nanti bertransformasi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tahun 1971. Kemudian Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) pada tahun 1991. Barulah menjadi PT. Kereta Api Persero pada tahun 1999.

Kapal Taliwang sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: buku
Kapal Taliwang sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: buku "Propinsi Djawa Barat" terbitan tahun 1953) 

Saat  dikelola oleh PNKA, terdapat tiga buah kapal di bawah naungan PJKA, yaitu kapal Krakatau, Bukit Barisan dan Karimun. Menurut cerita orang tua, sekitar tahun 1970-an kapal Bukit Barisan terbakar dan tenggelam di sekitaran Selat Sunda. 

Panjang rata-rata kapal saat itu kurang lebih 85 m dan lebar 12,5 m. Dengan bobot berat kapal 2300 ton dan daya angkut barang 200 ton. Setiap kapal yang berlayar memuat 700-750 penumpang. 

Kapal Bukit Barisan sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: akun Facebook Roda dan Sayap. Gambar milik Bapak Harriman Widiarto) 
Kapal Bukit Barisan sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: akun Facebook Roda dan Sayap. Gambar milik Bapak Harriman Widiarto) 

Setiap harinya, hanya dua kapal yang dioperasikan. Satu kapal masuk ke dok untuk perawatan. Waktu tempuh berlayar antara Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Panjang saat itu memakan waktu kurang lebih 5 sampai 6 jam.

Untuk waktu bongkar dan muat, baik itu di Pelabuhan Merak atau Pelabuhan Panjang menghabiskan waktu tiga jam. Ini dikarenakan masih sangat sederhananya fasilitas yang dimiliki pelabuhan. 

Pada masa Orde Baru, di tahun 1973, karena kurang optimalnya perusahaan kereta api mengelola pelabuhan, makanpengelolaan Pelabuhan Merak diserahkan kepada  perusahaan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), sebuah perusahaan milik negara yang mengelola jasa penyeberangan. Saat itu ASDP bernama Proyek Angkutan Sungai Danau dan Ferry (PASDF). 

Tiket tahun 1983 (sumber gambar: koleksi Muthakin al-Maraky) 
Tiket tahun 1983 (sumber gambar: koleksi Muthakin al-Maraky) 

Pada tanggal 5 Maret 1977, Pelabuhan Panjang tidak lagi menjadi pelabuhan tujuan. Saat itu tujuan kapal dari Pelabuhan Merak dialihkan ke Pelabuhan Serengsem. Namun ini bertahan lama. Pada tanggal 25 Mei 1981, jalur Merak dan Serengsem dan sebaliknya dirubah menjadi rute Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni. Begitu juga sebaliknya. 

Di bawah pengelolaan ASDP, Pelabuhan Merak berkembang dengan pesat. Dari mulai penambahan dermaga, hingga penambahan kapal RoRo (Roll on Roll Off) dan Kapal Cepat (Jet Foil). Pada tahun 1980, diresmikan dermaga I. Kemudian dilanjutkan peresmian dermaga II pada tahun 1984. Dan peresmian dermaga III pada tahun 2001. Hingga saat ini, Pelabuhan Merak memiliki 7 dermaga, termasuk dermaga eksekutif. 

Pelabuhan Merak nampak dari udara (sumber gambar: wikipedia.org) 
Pelabuhan Merak nampak dari udara (sumber gambar: wikipedia.org) 

Sedikit bernostalgia, dahulu di Pelabuhan Merak terdapat kapal cepat. Dengan menggunakan kapal cepat ini, perjalanan Merak-Bakaueheni hanya 60 sampai 90 menit. Entah sejak kapan kapal cepat ini dinonaktifkan. Namun, sejak tahun 2000-an pengguna jasa kapal cepat mulai berkurang. Akibatnya, banyak pengusaha kapal cepat yang gulung tikar.

Merak, 19 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun