Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Guru - Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Sekilas Sejarah Pelabuhan Merak

19 April 2023   21:33 Diperbarui: 22 April 2023   04:33 3424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nampak Stasiun Merak dan Pelabuhan Merak tahun 1920-an atau 1930-an (sumber gambar: collectienederland.nl) 

Pelabuhan Merak pada masa itu dikelola oleh Staatsspoorwegen (SS). Staatsspoorwegen adalah sebuah perusahaan kereta api milik pemerintah Kerajaan Belanda. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1875 ini membangun jalur-jalur kereta api yang berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Termasuk jalur kereta Api dari Tanah Abang sampai ke Merak.

Selain melayani penumpang yang hendak menyebrang ke Pulau Sumatera, pada masa itu Pelabuhan Merak juga menjadi pelabuhan yang berperan melayani pengangkutan barang dan jasa. Bahkan, barang-barang hasil pertanian dan perkebunan dari Banten yang hendak diekspor ke luar negeri juga melelaui pelabuhan ini. 

Pelabuhan Merak dikatakan sebagai pelabuhan perintis penyeberangan antarpulau di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan M. Halwi Dahlan dalam artikelnya di Jurnal Patanjala (Vol.2 No.1, Maret 2010) yang berjudul Pelabuhan Penyebrangan Merak (1956-2004), bahwa ketika dibuka pada tahun 1912, Pelabuhan Merak menjadi satu-satunya pelabuhan penyeberangan dari Pulau Jawa (Merak) ke Pulau Sumatera (Panjang). Hal ini menjadikan Pelabuhan Merak sebagai pelabuhan perintis yang beroperasi sebagai pelabuhan penyeberangan antarpulau. Barulah, pada tahun 1913 pemerintah Hindia Belanda membangun Pelabuhan Kamal di Jawa Timur. 

Namun, jangan dibayangkan bentuk bangunan Pelabuhan Merak di masa awal-awal dengan bangunan Pelabuhan Merak hari ini. Dalam beberapa sumber dikatakan, bentuk Pelabuhan Merak awal-awal masih sangat sederhana. Bahkan bahan  baku bangunan dermaganyapun terbuat dari batang pohon kelapa. Ini sangat memungkinkan, karena saat itu sekitaran Pelabuhan Merak banyak tumbuhi pohon kelapa. 

Pelabuhan Merak: Dari PNKA hingga ASDP

Pada masa Orde Lama, di tahun 1957, pengelolaan Pelabuhan Merak dipegang oleh Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Perusahaan kereta api ini nanti bertransformasi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tahun 1971. Kemudian Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) pada tahun 1991. Barulah menjadi PT. Kereta Api Persero pada tahun 1999.

Kapal Taliwang sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: buku
Kapal Taliwang sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: buku "Propinsi Djawa Barat" terbitan tahun 1953) 

Saat  dikelola oleh PNKA, terdapat tiga buah kapal di bawah naungan PJKA, yaitu kapal Krakatau, Bukit Barisan dan Karimun. Menurut cerita orang tua, sekitar tahun 1970-an kapal Bukit Barisan terbakar dan tenggelam di sekitaran Selat Sunda. 

Panjang rata-rata kapal saat itu kurang lebih 85 m dan lebar 12,5 m. Dengan bobot berat kapal 2300 ton dan daya angkut barang 200 ton. Setiap kapal yang berlayar memuat 700-750 penumpang. 

Kapal Bukit Barisan sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: akun Facebook Roda dan Sayap. Gambar milik Bapak Harriman Widiarto) 
Kapal Bukit Barisan sedang bersandar di Pelabuhan Merak (sumber gambar: akun Facebook Roda dan Sayap. Gambar milik Bapak Harriman Widiarto) 

Setiap harinya, hanya dua kapal yang dioperasikan. Satu kapal masuk ke dok untuk perawatan. Waktu tempuh berlayar antara Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Panjang saat itu memakan waktu kurang lebih 5 sampai 6 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun