Mohon tunggu...
Musyarofah
Musyarofah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMK

Senang mencoba dan mempelajari hal-hal baru agar selalu berinovasi secara mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Modul 2.3

23 Oktober 2023   07:26 Diperbarui: 23 Oktober 2023   07:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

OLEH:

MUSYAROFAH, S.Pd.I

CGP ANGKATAN 8

KOTA BEKASI

Pada modul 2.3 ini saya memperoleh pelajaran baru tentang coaching untuk supervisi akademik. Dimana supervisi yang saya pahami sebelumnya hanya untuk kelengkapan administrasi semata jadi tercerahkan dengan materi ini yang ternyata materi coaching untuk supervisi akademik ini bertujuan untuk lebih mengembangkan kompetensi diri setiap pendidik disekolah. Melalui metode pendekatan prinsip coaching yang terdiri dari kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi, juga menerapkan kompetensi inti coaching yang harus dimiliki oleh seorang coach berupa presence (kehadiran penuh), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot, saya menjadi lebih dalam lagi memahami bagaimana percakapan mampu berjalan mengalir begitu saja melalui alur TIRTA yaitu dengan mengetahui Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana Aksi dikemudian hari dan TAnggung jawab dari coachee tersebut. Juga mendalami berbagai peran saat praktik coaching sebagai coach, coachee, maupun supervisor dalam 3 tahapan, yaitu pra observasi (membuat perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pasca observasi (tindak lanjut).

Awalnya saya merasa bingung dengan materi coaching untuk supervisi akademik ini, karena ini merupakan hal yang masih sangat asing untuk saya lakukan. Namun setelah saya baca dan saya pelajari satu persatu materi ini, saya jadi tertarik dan tertantang untuk mencoba melakukan latihan dan praktik langsung bersama rekan CGP dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontkstual. Hingga pada akhirnya setelah praktik langsung dan mendalami berbagai peran baik sebagai coach, coachee, dan observer, saya yakin, optimis dan merasa senang dengan pengalaman dan ilmu baru terkait coahing untuk supervisi akademik ini.

Praktik coaching via daring bersama rekan CGP/Dokpri
Praktik coaching via daring bersama rekan CGP/Dokpri

Hal yang sudah baik ketika saya mampu berkolaborasi dan menyelaraskan pendapat dengan sesama CGP saat memahami proses coaching sesuai dengan alur TIRTA, menerapkan prinsip coaching dan kompetensi inti sehingga terjalin komunikasi dan pemahaman yang baik dalam ruang kolaborasi saat latihan dan praktik dalam demonstrasi kontekstual. Untuk itu hal yang perlu diperbaiki lagi terkait keterlibatan diri dalam proses ini adalah pada saat mengajukan pertanyaan pemantik untuk menggali informasi lebih dalam lagi terkait permasalahan coachee sehingga coachee mampu menemukan solusi atas permasalahan dengan sendirinya.

Setelah saya mempelajari modul 2.3, kompetensi saya terkait supervisi akademik mulai berkembang. Melalui alur TIRTA saya jadi lebih memahami tahapan coaching dengan baik, ditambah ketika menerapkan prinsip dan kompetensi inti dari proses coaching, proses praktik coaching jadi lebih terarah dan mematangkan pemahaman diri pribadi saya baik sebagai coach, coachee, maupun supervisor. Dimana uuntuk menerapkan paradigma berpikir coaching, prinsip, dan kompetensi inti coaching disekolah membutuhkan peran dan dukungan penuh dari para pemegang kendali, terutama kepala sekolah. Karena kegiatan coaching untuk supervisi akademik ini akan terlaksana dengan baik jika kepala sekolah memahami dan mendalami arti supervisi sesungguhnya. Bahwa supervisi bukan hanya sebagai bagian dari penilaian guru yang bersifat administratif saja, namun supervisi juga harus dijadikan sebagai cara yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi akademik guru sehingga guru tidak hanya di observasi didalam kelas saja, akan tetapi harus menerapkan percakapan pra observasi dan pasca observasi agar kepala sekolah mengetahui rencana dan tindak lanjut apa yang akan dilakukuan guru. Sehingga tergali wawasan (insight) baru dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Dimana proses coaching untuk supervisi akademik sangat penting diimplementasikan disekolah ataupun dikelas. Agar proses coaching untuk supervisi dapat terwujud, maka setiap guru harus memiliki kompetensi untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang memahami perkembangan murid secara menyeluruh, tidak hanya dari segi kognitif saja, akan tetapi harus juga memahami karakter dan sosial emosional murid - murid. Dengan demikian tujuan coaching dalam supervisi akademik disekolah akan terwujud dengan harapan mampu meingkatkan kinerja dan kompetensi guru yang lebih baik lagi dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Tantangan terberat dalam menyesuaikan konteks materi coaching ini adalah ketika ingin mensosialisasikan dan menyelarskan pehamana terkait coaching untuk supervisi akademik ini kepada komunitas sekolah, terutama kepala sekolah. Dimana makna supervisi akademik sudah melekat dan identik dengan penilaian kepala sekolah kepada guru secara rutin dan hanya untuk kepentingan administrasi saja. Seharusnya coaching uuntuk supervisi akademik ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan untuk meningkatkan kompetensi guru, sehingga guru mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang lebih baik lagi untuk masa depan sekolah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh komunitas sekolah pada saat rapat guru agar terwujud penyelarasan pendapat dan persepsi tentang makna supervisi akademik. Bisa juga melalui pendekatan kepada beberapa pemangku kebijakan agar mendapatkan dukungan dan mampu memotivasi semua rekan sekolah meskipun akan memakan waktu yang tidak sedikit. Solusi lainnya adalah dengan memberikan contoh praktik coaching untuk supervisi akademik melalui berbagai media informasi digital yang dapat di akses oleh seluruh komunitas sekolah.

Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah, akan tetapi kegiatan supervisi tersebut hanya sebatas menjalankan kewajiban dalam mengajar saja tanpa mengetahui makna dari supervisi yang sebenarnya. Dimana kegiatan supervisi akademik dilakukan pada saat kepala sekolah melakukan kunjungan kelas saja tanpa adanya kegiatan pra observasi dan pasca observasi. Sehingga kegiatan supervisi hanya untuk penilaian guru semata.

Kedepannya, kegiatan supervisi untuk akademik ini harus bisa dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan kompetensi guru dalam bidang akedemik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses krreatif dan memkasimalkan potensi. Sehingga setiap guru mampu menerapkannya dikelas bersama murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun