JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
OLEH:
MUSYAROFAH, S.Pd.I
CGP ANGKATAN 8
KOTA BEKASI
Pada modul 2.3 ini saya memperoleh pelajaran baru tentang coaching untuk supervisi akademik. Dimana supervisi yang saya pahami sebelumnya hanya untuk kelengkapan administrasi semata jadi tercerahkan dengan materi ini yang ternyata materi coaching untuk supervisi akademik ini bertujuan untuk lebih mengembangkan kompetensi diri setiap pendidik disekolah. Melalui metode pendekatan prinsip coaching yang terdiri dari kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi, juga menerapkan kompetensi inti coaching yang harus dimiliki oleh seorang coach berupa presence (kehadiran penuh), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot, saya menjadi lebih dalam lagi memahami bagaimana percakapan mampu berjalan mengalir begitu saja melalui alur TIRTA yaitu dengan mengetahui Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana Aksi dikemudian hari dan TAnggung jawab dari coachee tersebut. Juga mendalami berbagai peran saat praktik coaching sebagai coach, coachee, maupun supervisor dalam 3 tahapan, yaitu pra observasi (membuat perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pasca observasi (tindak lanjut).
Awalnya saya merasa bingung dengan materi coaching untuk supervisi akademik ini, karena ini merupakan hal yang masih sangat asing untuk saya lakukan. Namun setelah saya baca dan saya pelajari satu persatu materi ini, saya jadi tertarik dan tertantang untuk mencoba melakukan latihan dan praktik langsung bersama rekan CGP dalam ruang kolaborasi dan demonstrasi kontkstual. Hingga pada akhirnya setelah praktik langsung dan mendalami berbagai peran baik sebagai coach, coachee, dan observer, saya yakin, optimis dan merasa senang dengan pengalaman dan ilmu baru terkait coahing untuk supervisi akademik ini.
Hal yang sudah baik ketika saya mampu berkolaborasi dan menyelaraskan pendapat dengan sesama CGP saat memahami proses coaching sesuai dengan alur TIRTA, menerapkan prinsip coaching dan kompetensi inti sehingga terjalin komunikasi dan pemahaman yang baik dalam ruang kolaborasi saat latihan dan praktik dalam demonstrasi kontekstual. Untuk itu hal yang perlu diperbaiki lagi terkait keterlibatan diri dalam proses ini adalah pada saat mengajukan pertanyaan pemantik untuk menggali informasi lebih dalam lagi terkait permasalahan coachee sehingga coachee mampu menemukan solusi atas permasalahan dengan sendirinya.