Tetapi sang kekasih ingin mengakhirinya karena masih ragu dengan masa depan jika terus bersamanya. Entah ragu karena apa, kemapanankah, ketampanankah atau faktor yang lainnya.
Saya sempat agak mengernyitkan dahi ketika membaca puisi tersebut. Ada banyak kata-kata asing yang tidak saya ketahui artinya.Â
Ada Janardana, indurasmi, efemeral, perennial, rimpuh, analaa, petrikor, hidu, redum, sporadis dan lainnya.
Beberapa kata kata tersebut belum ada di KBBI sehingga saya kesulitan untuk mencari tahu artinya.Â
Dalam keseharianpun saya jarang bahkan tidak pernah menemukan orang Indonesia memakai beberapa kata tersebut. Alhasil saya hanya menduga-duga maknanya berdasarkan konteksnya.
Setelah saya mencari di internet, barulah saya tahu bahwa kebanyakan kata-kata asing tersebut merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa sansekerta dan serapan bahasa inggris.
Misalnya, Janardana ternyata berarti menggoda, Indurasmi berarti rembulan, efemeral artinya sementara, perennial artinya selamanya, anala artinya api dan seterusnya.
Dari cara si lelaki menggunakan kosa kata bahasa indonesia bercampur dengan sansekerta dan bahasa inggris untuk mengungkapkan perasaannya itu membuat kepala saya menduga bahwa si lelaki adalah seorang warga Indonesia yang yang memiliki darah keturunan yang berasal dari keluarga daerah Asia selatan dan ada juga sedikit darah dari daerah eropa.
Atau bisa jadi si lelaki dalam puisi tersebut adalah seorang mahasiswa ilmu sejarah yang sedang meneliti hubungan budaya antara indonesia dengan daerah Asia selatan sampai kosa kata bahasa sansekerta yang kerap ditemuinya mempengaruhinya dalam bertutur kata.
Tapi apapun itu, keberadaan kata-kata yang masih asing dan jarang ditemukan dalam dunia literasi Indonesia tersebut menjadikan puisi ini unik dan memiliki daya tarik.
Keberanian Reynal Prasetya dalam menyusun puisi menggunakan kata-kata tersebut patut diberikan acungan jempol.Â