Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merindukan Sri

6 Februari 2021   16:47 Diperbarui: 6 Februari 2021   17:23 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FelixMittermeier / Pixabay

Januari, hujan rindu sepanjang hari. Nampaknya ini memang benar. Betapa aku merasa derai-derai hujan yang turun sejak sore tadi tiada hentinya membangkitkan rasa rinduku kepada dirimu.

Beragam cara sudah kulakukan untuk mengalihkan rasa rindu ini. Aku sempat menyalakan televisi dengan volume suara penuh. Tetapi tak lama kemudian petir besar menggelegar langsung menyambar televisiku hingga gosong.

Gelegar petir itu pula yang membuatku mengurungkan niat untuk membunyikan dangdut koplo dari radio antik ini. Bukan apa, ini radio kesayangan Bapak yang setahun lalu kuselundupkan dari pantauannya. Pikirku waktu itu biar bisa jadi teman selama merantau sendirian di kota yang macet ini.

Meski radio ini sudah sepuh, dua speaker seukuran saringan gorengan di kanan kiri radio ini masih mumpuni memuntahkan suara yang jernih lagi ngebass. Begitupun antena radio ini masih bisa tegak menjulang memburu sinyal-sinyal.

Kalau sampai radio antik ini bernasib gosong, sama seperti televisi itu, bisa-bisa saat kembali pulang nanti aku bakal mendapat amukan Bapak yang sama menggelegarnya seperti petir.

Aku sudah gulang-guling di kasur, menyumpal telinga dengan bantal, hingga push up dan sit up sudah kulakukan. Namun hingga hampir dinihari, hujan ini masih bergemericik deras, membuat rasa rinduku kepadamu semakin beringas. 

Semakin larut, sepoi dinginnya makin leluasa menyelusup di sela-sela ventilasi. Sesekali ia mengetuk dan bahkan menggedor-gedor jendela. Seolah sepoi dan deru angin itu ingin bertamu dan menceritakan kenangan-kenangan tentang dirimu.

Seolah ia ingin menyodorkan wajah ayumu, memperdengarkan suara merdumu, tawa renyahmu, memamerkan mata beningmu, dan memutar rekaman tingkahmu yang lugu nan lembut.

Keadaan ini membuatku tak tenang. Sepertinya aku mengalami imsomiya, sebuah penyakit yang disebabkan oleh serangan hujan yang membawa rindu. 

Kata orang, imsomiya ini lebih berbahaya dari insomnia. Bukan sekadar kesulitan tidur, lebih parah lagi imsomiya dapat membuat pikiran penderitanya menjadi ngelantur tak teratur.

Ah, main hape? Hape tak bisa aku andalkan untuk mengalihkan rasa rindu kepadamu. Bukan karena takut rusak disambar petir, aku percaya kok hape jaman sekarang canggih, sudah punya fitur anti petir. Tapi dalam situasi seperti ini memainkan hape justru akan memperparah rinduku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun