Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rahasia Membuat Puisi yang Bisa Tembus Headline Kompasiana

8 November 2020   15:22 Diperbarui: 8 November 2020   15:26 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sst.. Jangan bilang-bilang. Ini rahasia.

Menulis Puisi di Kompasiana

Kita tahu, manusia punya hati dan otak. Di dalam hati ada perasaan yang selalu ingin diungkapkan. Dan di dalam otak ada imajinasi yang selalu mendobrak ingin dibebaskan. Jika keinginan dari perasaan dan imajinasi itu tidak segera dituruti, akan berdampak buruk untuk keberlangsungan hidup manusia. 

Perasaan yang tidak diungkapkan dapat mengakibatkan tekanan darah naik tinggi. Imajinasi yang tidak dibebaskan dapat mengakibatkan gangguan mental. Darah tinggi, stress akhirnya stoke. Bahaya.

Salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan hati dan membebaskan imajinasi otak yaitu dengan menulis puisi. Menulis puisi dapat digunakan sebagai terapi diri agar hati manusia merasa nyaman dan otak manusia merasa lega. Ketika sudah begitu, manusia dapat dengan mudah meraih hidup yang bahagia.

Menulis puisi merupakan hobi asyik yang patut dicoba oleh setiap manusia yang sudah bisa membaca. Balita, remaja, dewasa, dan manula puisi itu cocok untuk semua jenis manusia. Maka kita sebagai manusia, tidak ada salahnya jika kita mencoba menulis sebuah puisi minimal sekali seumur hidup.

Kita bisa menulis puisi untuk diri sendiri dan untuk dibaca sendiri. Tetapi akan lebih baik ketika puisi yang sudah kita tulis dapat dibaca oleh banyak manusia. Semakin banyak manusia yang membaca maka semakin besar kepuasan yang akan kita dapatkan.

Jika sudah tertarik untuk menulis puisi, cobalah untuk menuliskannya di Kompasiana. Kompasiana adalah media yang tepat untuk membagikan puisi kita agar dapat dibaca oleh banyak manusia.

Di sini, puisi hasil karya dari seorang pemula sekalipun akan dihargai tinggi. Wujud dari penghargaan itu dapat kita peroleh dari apresiasi pembaca melalui penberian rating dan komentar yang membangun. 

Selain itu, pihak editor Kompasiana juga akan mengapresiasi puisi kita dalam bentuk penyematan label Pilihan dan label Artikel Utama (Headline). Editor tidak peduli apakah kamu penulis puisi pemula atau senior. Mereka tidak segan untuk memberikan dua label kehormatan tersebut kepada puisi yang sudah kita tulis.

Rahasia Membuat Puisi yang Tembus Headline

Jika sudah cocok dan betah dengan hobi menulis puisi di Kompasiana selanjutnya saya sarankan agar kamu meningkatkan target tujuanmu dalam menulis puisi. 

Dari awalnya bertujuan sekadar untuk membahagiakan diri, tingkatkanlah dengan mematok target agar puisimu dapat pula membahagiakan manusia lain. Percayalah, hidup kita terasa lebih bahagia ketika kita mampu membuat manusia lain bahagia.

Bagaimana cara membahagiakan diri sendiri sekaligus membahagiakan manusia lain? Caranya adalah dengan berusaha agar puisimu mampu meraih label Headline dari Editor Kompasiana.

Headline merupakan label bergengsi yang diincar oleh banyak penulis penghuni Kompasiana. Siapa coba yang tidak bahagia ketika karya kita disematkan di halaman utama bagian atas anak Kompas ini? Tidak sembarang tulisan lho yang bisa menjadi headline.

Di samping itu, disematkannya label Headline membuat pembaca lebih mudah menemukan tulisan kita. Alhasil potensi untuk membahagiakan banyak manusia pun semakin besar.

Bagi Kompasiana Puisi itu karya yang istimewa. Editor Kompasiana bahkan memberikan slot khusus setiap malam atau pagi hari sebagai tempat untuk memajang puisi kita sebagai Headline.

Lalu bagaimana cara agar puisi kita dipilih editor sebagai Headline? Untuk menjawab ini, mari saya berikan kiat rahasia yang saya gunakan sehingga sejauh ini saya dapat meraih headline untuk empat puisi buatan saya. 

Mau tahu apa rahasianya? Sini bayar seribu ke saya!

Dalam artikel Berbagi Pengalaman Sederhana Menulis Puisi Bapak Santoso Mahargono mengungkapkan ia tidak bermaksud menyombongkan diri atas puisi karya beliau yang berprestasi mendapatkan Headline. 

Tetapi di artikel ini, saya justru mau menyombongkan diri atas Headline-nya empat puisi buatanku. Puisi buatanku yang mendapatkan Headline yaitu INI, INI, ITU, dan ITU. Sila baca satu persatu jika berminat.

Saya sengaja menyombongkan diri untuk mengompori biar muncul rasa iri. Sebab saya percaya, rasa iri dalam diri manusia bisa sangat berguna untuk menghasilkan karya yang keren, terutama dalam bentuk puisi. Jadi sila kobarkan rasa iri itu lalu buatlah puisi yang bisa menandingi puisi saya.

Saya, anak kemarin sore dan masih ingusan saja bisa membuat puisi yang menjadi Headline. Masa kamu enggak bisa? Haha

Baik langsung saja kita mulai pembahasan kiat dan taktik saya membuat (bukan sekadar menulis) puisi sampai bisa tembus menjadi Headline di Kompasiana. Berikut ini saya bisikin rahasianya:

1. Kenali diri sendiri

Sebelum membuat puisi agar headline, Kamu wajib mengenal bagaimana sifat dalam dirimu dan kenali ciri khas menonjol dari sifatmu itu. 

Lalu simpulkan sendiri apakah sifatmu cengeng, lembut, keras, lucu, romantis, atau bahkan apatis. Kemudian jadikan sifatmu itu sebagai bumbu penambah cita rasa unik untuk puisi yang akan dibuat.

2. Perbanyak Baca Puisi

Ketika sudah mengenali sifat dan menemukan keunikan diri sendiri, maka perbanyaklah membaca puisi karya orang lain yang sesuai dengan sifatmu.

Jika kamu termasuk orang yang lembut seperti gerimis di pagi hari bacalah puisi-puisi Karya Sapardi. Jika mbeling, bacalah WS Rendra, jika tidak suka pakai celana bacalah Joko pinurbo, jika keras dan kritis bacalah Wiji thukul, jika masih remaja menye-menye bacalah puisi-puisi di wattpad.

Apabila mampu, bacalah semua. Serap dan gabungkanlah sifat-sifat dari karya para pujangga tersebut lalu ciptakan sendiri keunikan puisimu.

3. Buatlah Puisi Naratif

Puisi naratif adalah puisi yang berisi kisah, berita baik itu terinspirasi dari pengalaman pribadi atau pengalaman imajinasi. Tujuannya adalah untuk menyampaikan kesan dan pesan kepada pembaca secara halus sehingga pembaca merasa tidak sedang diceramahi.

Empat puisi saya yang diganjar headline semuanya berjenis puisi naratif. Pun puisi-puisi karya kompasianer lain yang sering headline adalah puisi naratif.

Dari fakta itu saya berasumsi bahwa para Editor Kompasiana sangat menyukai puisi berjenis naratif. Maka dengan menuliskan puisi naratif, kemungkinan puisimu dipilih menjadi headline semakin tinggi.

Saya pribadi lebih suka membuat dan membaca puisi naratif dibandingkan dengan puisi lirik, deskriptif atau jenis puisi lain. Alasan saya menyukai puisi naratif diantaranya sebagai berikut:

  1. Mudah dipahami
  2. Mudah untuk dibuat
  3. Alternatif karena belum bisa membuat cerpen
  4. Lebih kaya makna
  5. Lebih unik dan berwarna
  6. Lebih menyentuh hati

Untuk lebih tahu bagaimana bentuk puisi naratif sila baca buku-buku puisi Joko Pinurbo atau bisa pula kamu dapatkan teorinya dengan membaca buku "Bilang Begini Maksudnya Begitu" dari Sapardi Djoko Damono.

4. Perbesar Porsi

Dalam mengunggah puisi di Kompasiana saya selalu berusaha untuk menyajikan porsi yang besar dalam setiap satu unggahan. 

Biasanya saya mengumpulkan tiga puisi yang bertema sama dalam satu konten. Atau paling tidak saya selalu berusaha agar puisi dalam satu unggahan saya terdiri dari lebih dari seratus kata.

Kenapa begitu? Sebab saya tidak mau calon pembaca puisi saya yang sudah repot-repot klik konten saya merasa kecewa. 

Misal: "Sudah capek ngeklik, eh isi kontennya cuma 50 kata. Bukannya dapat nikmat malah dapat iklan jimat"

Saya juga tidak mau ada dari penulis opini/esai merasa diperlakukan tidak adil sebab saya tahu bahwa menulis sebuah artikel esai itu sangat melelahkan. 

Misal: "Udah capek2 nulis 1000 kata eh gadapet label pilihan. Giliran puisi cuma 50 kata malah diberi label pilihan. Mana keadilan untuk mendapatkan kreward?" Haha

Saya rasa Editor Kompasiana mengamini. Sangat jarang puisi berjumlah 50an kata dijadikan sebagai headline. Maka jika ingin mendapatkan Headline, perbesarlah porsi untuk setiap konten puisi yang diunggah.

5. Pahami Kriteria Headline di FAQ

Editor kompasiana sudah menerapkan standar puisi seperti apa yang dapat dijadikan Headline dalam halaman Frequently Asked Questions. Kriterianya: Inspiratif, Aktual (terkait isu terkini), Berlatar Sosio-Kultural/Historis (Mimesis), Katarsis.

Jika puisi yang dibuat sudah memenuhi kriteria tersebut maka akan diganjar minimal label pilihan dan kemungkinan besar mendapatkan label headline.

6. Jangan Terlalu Berharap

Mengharapkan puisi diganjar Headline itu bagaikan mengharapkan nomor lotre muncul di undian. Semua rahasia yang saya sampaikan di atas jika diterapkan tidak akan menjamin secara pasti puisi kita  bakal Headline. Kalaupun bisa headline, itu cuma kebetulan.

Jadi yang terpenting adalah berkaryalah sesuka hati. Dan berbahagialah dengan puisi. Headline atau tidak, cuekin.

Penutup

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semua tulisan saya mohon diambil sisi positifnya. Jika tidak ada yang positif buang saja.

O iya, artikel ini sudah kelar, mohon jangan iri lagi sama saya apalagi membenci saya. Maaf jikalau ada kekeliruan.

Sekian. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun