3 Maret 2013 pukul 21.01
Apa yang terjadi dalam benakmu hanyalah untaian umum dari sifat manusia
terkadang hidup tak harus selamanya jadi milikmu
adakalanya tanganmu tak memegang sedikit apapun
tapi jangan biarkan hatimu kosong tanpa pegangan
aku ada untukmu tanpa ada sinar kesombongan
27 Mei 2013 pukul 23.28
Sementara aku masih mencumbui luka yang berdiam di tubuhku
kau diam di sudut kematianku
maka aku menyerah
menggenggam segumpal asa dari rasamu
6 Juni 2013 pukul 23.48
Telah sampai waktuku untuk menunggu matahari di dadamu membeku dalam hujan akhir juni.
Dan hitam rambutmu tak lagi tergerai di mataku.
11 Juni 2013 pukul 01.05
Sekarang hanya tersisa abu dari pembakaran amarah kita
Kau dan aku berjalan di atas jalan yang sama
tapi ada banyak hal yg sering memisahkan kita
Aku terbaring diatas kata tanpa makna
menunggu jarak yang memuai
dan waktu yang tak tergapai
meski mimpi terus mengalir
Ujung dari jalan yang kita lalui bersama ternyata sekadar perpisahan
masing-masing kita meniti jalan baru untuk direnungkan
dalam refleksi perbuatan
11 November 2013 pukul 22.56
Bulan temaram di pelupuk mataku
Ada bayang matahari di jiwanya yang penuh kesunyian.
Meski tanpa angin, malam ini tetap menanam dingin pada belulang mimpi yang terkulai
aku padam dalam hatimu.
1 Desember 2013 pukul 13.59
Aku tak menjamin kata-kataku masih perawan
mungkin usang disapu buliran hujan
sebab jiwaku luruh bersama ovum di rahim malam yang anyir
berbau dendam
Sudahi saja
Karena aku bukan pujangga yang memuja laut di dadamu
biarlah jiwaku hilang tanpa birahi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H