Umat manusia sedang dilanda rasa khawatir dan ketakutan. Sejak kedatangan Virus baru yang menyebalkan, berbagai masalah mulai bermunculan membuat dunia penuh ketidakpastian.
Tiga bulan sudah berlalu. Manusia mulai frustrasi. Untuk keluar rumah saja dibatasi, mana sempat untuk berekreasi. Sampai-sampai kebun binatang jadi sepi dan penghuninya terancam kekurangan gizi.
"Kerjaan online sudah, bersih-bersih sudah, ngurus anak sudah, cuci mencuci juga udah. Di rumah terus, jadi gak bisa pergi rekreasi. Papah bosen, nih. Enaknya ngapain lagi ya, Mah?" Tanya Papah Yanto kepada Istrinya.
Dampak Covid-19 memang sangat merepotkan. Tidak hanya di sektor kesehatan, sektor ekonomi, atau sektor rekreasi saja yang merugi. Akibat virus menyebalkan ini, sektor kependudukan juga terancam dalam masalah yang besar.
Saat ini, laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tergolong besar, yaitu sebesar 1,49% atau sebanyak 4,5 juta penduduk bertambah setiap tahunnya. Angka 4,5 juta ini setara dengan keseluruhan jumlah penduduk di Negara Singapura.
Jumlah penduduk yang besar, memang bisa bermafaat sekali dalam menyediakan tenaga kerja. Melimpahnya tenaga kerja bikin pabrik-pabrik tidak kekurangan buruh, malah sering ngeberhentiin karena sudah tidak butuh.
Tetapi, jumlah penduk yang melimpah, dengan laju pertambahan penduduk yang cepat, jika tidak terkendali, dan tidak dibarengi dengan ketersediaan sumber daya alam, lingkungan, dan pendidikan hanya akan menjadi beban negara saja, bos.
Maka dari itu, Indonesia sejak lima tahun terakhir terus berusaha untuk menurunkan besarnya angka laju pertambahan penduduk itu dengan memasang target mampu menekan di angka 1,1%. Salah satunya dengan menggalakkan lagi program keluarga berencana.
Beragam program yang disusun Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah banyak digencarkan. Mulai dari iklan di media massa secara terus menerus hingga pembentukan kampung-kampung sadar KB.
Namun usaha-usaha meningkatkan jumlah akseptor KB itu terancam gagal akibat pandemi covid-19. Kata Kepala BKKBN Pak Hasto Wardoyo, jumlah pemakai kondom, IUD, suntik, implan, pil, vasektomi, maupun tubektomi, semuanya mengalami penurunan selama masa pandemi.Â
Kalau dirata-rata di seluruh Indonesia, sejak Februari hingga Maret, penggunaan alat kontrasepsi oleh masyarakat turun sebesar 40%. Bahkan khusus di Provinsi Banten dan Sulawesi Barat mencapai 50%.