Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warga Sewakul Bernyanyi Gundul Pacul untuk Indonesia

13 April 2020   15:26 Diperbarui: 16 April 2020   21:19 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu Akik Peninggalan Mbah Buyut yang diwariskan untuk Saya (Jangan nawar, tidak dijual! hehe) | Dokumentasi Pribdadi

Hasil Bahtsul Masail di Otak saya memberi keputusan bahwa tidak tepat jika saya memaknai kejadian itu sebagai uculnya (terlepasnya) rasa kemanusiaan, tetapi tindakan warga Siwakul menolak pemakaman jenazah adalah sikap wajar yang muncul dari seorang manusia, disebabkan karena ketidaktahuan dan ketakutan.

Mungkin Teman saya itu lupa, selain sifat keramahan yang menonjol, Orang-orang Jawa juga terkenal memiliki sifaf yang polos dan lugu. Apalagi bagi orang kampung, sifat keluguan dan kepolosan (baca: ketidaktahuan) itulah yang sering dimanfaatkan oleh orang-orang “pintar” untuk memberi sugesti berupa ketakutan.

Dalam ketidaktahuan, terkadang manusia akan dengan mudah melakukan tindakan-tindakan apapun untuk menyelamatkan diri mereka saat merasa terancam oleh bahaya.

Saya beranggapan, ketidaktahuan  itulah yang membuat sebagian warga di Negeri Sewakul untuk terperdaya oleh hasutan orang yang tak bertanggungjawab sehingga mereka melupakan sifat keramahan (menerima pendatang baru) yang selama ini mereka junjung.

Mereka hanya warga yang ketakutan yang ingin menyelamatkan diri dari sebaran wabah, tetapi karena ketidaktahuan, tindakan mereka tidak menyadari tindakan yang mereka lakukan ternyata salah.

Saat meresapi peristiwa ini, telinga saya seperti mendengar masyarakat Negeri Sewakul hanya sedang menyuguhkan alunan gamelan dan seruling, mereka bernyanyi syair Jawa Gundul Pacul. Mengingatkan saya sebagai manusia, untuk lebih bijak dalam menjalani  kehidupan bermasyarakat, baik sebagai warga biasa maupun sebagai seorang pemimpin.

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Gundul gundul cangkul, tidak hati hati
Membawa bakul (di atas kepala) dengan tidak hati hati
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman

Syair Gundul Pacul ciptaan  R.C. Hardjosubroto yang dalam sumber lain adalah ciptaan dari Sunan Kalijaga tersebut, tersirat makna bahwa dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang sejahtera, baik sebagai warga biasa maupun sebagai seorang pemimpin, diperlukan kerendahan hati agar kehormatan masyarakat tidak terlepas.

Syair ini mengingatkan kita, dalam menjalani kehidupan bermasyarakat itu perlu berhati-hati dalam setiap tindakan.  "Wakul ngglimpang, segane dadi sak latar". Gegabah sedikit saja akan membuat masyarakat berantakan.

Ya. warga, Pak RT, dan Tokoh Masyarakat di Negeri Sewakul, bagi saya hanya potret dari Syair gundul Pacul. Mereka sedang memberi nasihat kepada kita, bangsa Indonesia. Saya harap apa yang dilakukan oleh warga Negeri Sewakul menjadi pelajaran berharga agar masyarakat di negeri lain tidak mengulangi kesalahan warga Sewakul lagi.

Eling-eling gundul pacul, Aja nganthi Ucul

 Memadamkan Amarah dengan Memaafkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun