Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Saat Pengrajin Baju Koko Melongo, Pengusaha Sarung Tetap Untung

10 April 2020   01:06 Diperbarui: 10 April 2020   01:14 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penenun Sarung ATBM Kota Tegal | foto oleh Syaifulllah via Panturapost

Corona lagi, corona lagi..
Kagak bosen apa saban hari bahas beginian?

Hehe.

Sebenarnya saya juga bosan menuliskan artikel tentang virus corona, tapi mau gimana lagi, Dampak Virus Corona sudah seperti makanan sehar-hari.
Jika sebelumnya saya  sudah menceritakan Ahmad si tukang cilor yang merana karena corona, hari ini saya ingin memotret bagaimana Virus corona membuat Ulum si Pengrajin Baju Koko yang terpaksa melongo (yang belum paham arti kata “Melongo”, Melongo adalah kata untuk mengekspresikan kebingungan, kebimbangan, kekagetan, dan mungkin juga kepasrahan) karena baju koko dia tidak bisa dikirim ke Jakarta. 

Ulum si Pengrajin Baju Koko dan Nasib Usahanya di Masa Pandemi

Ulum merupakan teman saya yang masih muda dan enerjik (seperti saya, hehe), usianya kira-kira baru menginjak 22 tahun. Dia seorang pengusaha garmen rumahan. Di dalam rumahnya yang berlokasi di Desa Pegirikan, Kec. Talang, Kab. Tegal itu, dia bersama keluarga dan beberapa tetangganya memproduksi  baju koko untuk anak-anak.

Oh iya, selain baju koko, katanya, dia juga sering memproduksi kolor. Mungkin kolor yang sedang anda pakai saat ini adalah hasil produksi si Ulum. Hehe

Sudah menjadi tradisi, untuk menyambut bulan ramadhan dan lebaran, Ulum memperbanyak produksi baju koko beberapa bulan sebelumnya. Hal itu demi memenuhi permintaan dari suplier yang membludak setiap menjelang puasa dan lebaran.

Begitu pula awal tahun ini, Ulum dan keluarganya sudah memproduksi banyak-banyak baju kokonya untuk menyambut bulan-bulan penuh cuan itu, jauh sebelum virus corona mulai tenar di negeri ini.

Namun apa hendak dikata, ketika baju koko-baju koko telah diproduksi banyak-banyak, virus corona merebak sehingga berdampak pada permintaan pasar yang tidak lagi marak seperti tahun-tahun sebelum ini. Alhasil baju koko yang dia banderol mulai dari harga 50 ribuan hingga ratusan ribu per-stel itu menumpuk begitu saja hingga hampir memenuhi ruang stok produksi.

Hal itu menurut Ulum dikarenakan toko-toko yang menyerap hasil industri baju koko milik dia di Jakarta sudah tutup semenjak virus corona ramai menyerang warga dijakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun