Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah "Tegal Lockdown", Malam Pertama yang Mantap di Tempat Gelap

31 Maret 2020   05:07 Diperbarui: 31 Maret 2020   07:42 8452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Depan Dinkes Kota Tegal, salah satu "Gerbang" masuk keluar kota Tegal dan tempat Skrining bagi Perantau | dok. pribadi

Gambaran malam (pertama) setelah pemberlakuan isolasi wilayah, Kota Tegal terlihat lebih sepi, hening, dan gelap. Saya lebih suka memberikan suasana itu dengan istilah “syahdu”.

Ketika saya menyusuri wilayah Kota Tegal sekitar pukul 20.15 WIB, Lampu-lampu penerang jalan sudah mulai dimatikan sehingga gelap dan remang-remang menyelimuti Kota Tegal malam itu.

Kondisi Jalan, PJL Mati | Dokpri
Kondisi Jalan, PJL Mati | Dokpri

Alun-alun Kota Tegal, daerah sekitar stasiun Tegal, jalan-jalan raya, jalan-jalan kampung, terlihat gelap gulita sampai-sampai handphone murah buatan China berkamera hanya 5 megapiksel yang saya bawa sulit untuk menangkap cahaya di tempat-tempat tersebut. Jadilah jepretan saya hanya gelap-gelap hitam saja.

Stasiun Tegal di Malam Hari Lockdown | HP Butut
Stasiun Tegal di Malam Hari Lockdown | HP Butut

Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan. Hanya ada beberapa motor bebek dan matic warga sekitar terlihat lalu lalang. Mungkin mereka lapar dan sedang menuju ke penjual nasi goreng.

Masjid Agung Kota Tegal
Masjid Agung Kota Tegal

Mobil-mobil juga jarang terlihat, sehingga suasana malam itu yang tampak hening. Malam itu, Saya bisa mendengar hembusan angin pantura yang lembut menyapa daun-daun dan ranting pohon-pohon ketapang dan pohon pucuk merah di pinggir jalan.

Perempatan Lampu merah gantung
Perempatan Lampu merah gantung

Pada malam hari yang hening syahdu itu, masih ada beberapa pedagang makanan yang masih mencoba mengais rejeki. Namun tak banyak saya lihat pembeli yang menghampiri.

"Lawangsewu"-nya Kota Tegal | Dokpri

Saat saya sedang menjepret-jepret suasana malam itu dengan handphone butut, ada pedagang entah martabak atau gorengan, yang menghampiri dan ujug-ujug nyletuk ke saya “Sepi, Kaya Kota Mati, Um!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun