Kondisi Kota Tegal tidak semengerikan dan mencekam seperti apa yang dilakukan oleh bangsa Eldian dalam seri Anime AOT itu.
Memang saat ini ruas-ruas jalan daerah di Kota Tegal telah ditutup “Tembok” Movable Concrete Barrier (MCB), tetapi pergerakan keluar-masuk oleh warga Kota Tegal/warga luar kota Tegal masih bisa dilakukan.
Hanya saja pergerakan itu dibatasi dengan adanya penjaga “gerbang tembok” yang bertugas memeriksa kondisi kesehatan dan keperluan apa yang menjadi alasan seseorang ingin keluar atau masuk wilayah Kota Tegal.
Jadi sebenarnya warga tidak benar-benar terkurung, mereka tetap bisa beraktivitas. Tetapi karena pembatasan-pembatasan yang merepotkan itu, ditambah dengan kesan mencekam kata “lockdown” membuat banyak warga menyadari itu sehingga mereka enggan untuk beraktivitas di luar.
Alhasil yang terjadi saat ini adalah jalan-jalan di sepanjang Kota Tegal menjadi sepi dan keramaian-keramaian tidak terlihat lagi. Mantul, Mantap Betul, bukan? Hehe.
Malam Pertama yang Mantap
Sejak tanggal 30 Maret, Pemkot Tegal mulai memasang MCB di setiap ruas jalan Kota Tegal (kecuali jalan Provinsi dan Nasional).
Dalam spanduk dan billboard yang terpasang, ada dua istilah dari yang digaungkan oleh Pemkot dari kegiatan penutupan ruas-ruas jalan tersebut yaitu local lockdown dan isolasi wilayah. Keduanya saya kira sama saja, yaitu untuk membatasi pergerakan masyrakat beraktivitas di luar rumah.
Dalam artikel ini izinkan saya untuk menceritakan suasana pada saat malam pertama setelah peresmian lockdown (30/3) kemarin.
Lho kok cerita suasana malam hari, kenapa bukan cerita kondisi siang hari saja, Mas?
Ya suka-suka saya dong. Karepe Nyong lah.