Sebenarnya kami berencana melihat sunrise pagi itu, tapi badan sudah terlalu lelah dan malas. Ternyata keputusan kami tepat juga, pasalnya belakangan di kasih tahu kalau masih banyak pemabuk di jalanan.
Termasuk para penjaga hotel kami yang bikin saya ketakutan sampai mimpi buruk semalaman. Tidak ada lagi kerumunan di lobi hotel, ya mungkin mereka pada tepar mabok-mabok semalam. Tapi ini juga bikin kita rugi karena sampai jam 10 pagi kita ga dapat sarapan. hupff...
Katanya baru ada jam 12 siang. Yakali gw makan siang kali. Akhirnya kita skip sarapan karena sudah janji dengan bang Arie jemput kami di tengah hari.
Sesuai janji, bang Arie sudah standby dan akan mengantar kami ke sembalun lewat jalur utara yang ternyata jauhnya nauzubillah. Tapi Alhamdulillahnya, pemandangan hijau dan bau rerumputan buat kita betah banget. Nah, inilah sembalun tempat saya ingin tinggal jika saya disuruh tinggal di Lombok.
Air Terjun Sindang Gile
Hampir seluruh perjalan baik di Lombok atau di tempat lain saya adalah orang yang dititahkan duduk di depan. Kenapa? saya jarang tidur dan cerewet bukan main. Plus rasa ingin tahu tanya ini itu, komen ga penting. Makanya saya selalu punya ikatan emosional tersendiri sama setiap sopir-sopir perjalanan saya. hahahah...
Nah, saat semua pada tidur saya kerjain aja sekalian. Bukan langsung ke Sembalun, bang Arie saya suruh belok ke air terjun Sindang Gale yang letaknya ada di kaki gunung Rinjani ternyata.
Mereka kaget karena saya bawa mereka tanpa persetujuan haahah...tau-tau udah mau sampe aja. jadi ceritanya itu, berawal dari saya lihat plang air terjun Sindang Gile trus dengan sangat implusif saya suruh Bang Arie belok.
Ternyata, keimplusifan saya berujung caci maki dari teman-teman pasalmya untuk ke air terjun ini medannya sungguh ekstrem. Memang sudah pake tangga sih tapi naik dan turunnya itu tinggi banget. Sampai salah satu teman saya harus naik ojek pas pulang karena gak kuat dan dia pun bertubuh subur jadi kesulitan kalau harus mengeluarkan ekstra tenaga.
Akhirnya, kami pun sukses pulang pergi dengan selamat. Oiya sampai lupa ceritain sensasi air terjunnya. Jadi air terjun ini tergolong tinggi jadi jatuhnya kalau kena air ini sakit juga. Saya dan teman-teman sih gak berani dekat-dekat. Selain karena gak bawa bajum gak mau basah juga. Meski cuma di tepi tapi cipratan air membuat kita jadi melek dan seger banget. Pantes aja orang bule langsung buka baju dan mandi-mandi di sana.
Selesai jelajah ekstrem, kita bener-bener langsung ke Sembalun. Eh gak deng, hahah... karena kita masih nekat turun di tengah jalan sekalian buat solat. Turun, cuma untuk menikmati pemandangan siang yang gak terik itu. Hati rasaya damai dan sejuk. Suka.
Kita pun inisiatif foto ala ala boyband gitu dengan settingan berjalan sambil tertawa. Meski awalnya settingan tapi kami lama-lama menikmatinya dan terciptalah senyum spontan yang bikin kebahagiaan tampak tulus. Terima kasih teman-teman.
Sembalun
Sebelum menyasar ke desa sembalun, kita makan baso milik orang jawa yang kuahnya kentel banget. Heee... jadi inget rumah di Tanah Jawa. Bapaknya sudah lama jualan di sini jadi transmigran, dan saat gempa beberapa waktu lalu yang saya inget ya Bapak ini karena dia ada di wilayah terdampak yang parah. Semoga baik-baik ya Pak.
Habis dari makan, kita berkeling putar sana sini cari Desa Sembalun ternyata Bang Arie belum pernah ke sini begitu pun waktu ke Sindang Gile jadi kita termasuk orang yang berjasa ngenalin wisata ini buat dia jadi referensi. Lah, sapa yang orang Lombok yak hahaha... karena saya cuma bermodalkan Instagram dan peta kalau ngincer wisata tertentu. Tapi Bang Arie bukan orang Lombok asli sih dia orang Madura yang mencari makan di sini.
Akhirnya setelah setengah berputar-putar akhirnya ketemu juga Desa Sembalun yang bisa dilihat dari ketinggian. Jadi tempat wisatanya lumayan gak kelihatan gerbang masuknya karena gak ada gapura besar yang menunjukan itu adalah tempat wisata.
Kita masuk udah disambut dengan beberapa petak rumah adat yang tak berpenghuni sekaligus kerbau berkeliaran dan juga secuil hutan bambu. Tapi primadona tetap bukit Sembalun. Dari atas sini semua ladang warga bisa kelihatan. Ladang yang lagi menghijau berlatarkan gunung Rinjani benar-benar punya pesona magis yang memabukkan. Saya sih sebenarnya gak mau pulang hahaha cuma karena angin makin kencang di sini jadi terpaksa kita balik kanan. Cuma ini the best panorama that i ever had. Patut banget ke sini.
Ini belum selesai rupanya ternyata ada beberapa spot selfi di beberapa titik pemberhentian. Ah... aku mau tinggal di sini meski gak ada Alfamart atau Indomart hahaha...Kita juga bertemu beberapa monyet lucu tapi tetep saja saya takut kita juga jajan macem-macem di pinggir jalan. Salah satunya stroberi yang cuma 5000 per bungkus. Murah banget ya...kita borong aja deh semuanya.
Perjalanan sekitar 6 jam kita lewati berbagai meda, perbukitan, hutan sampai jalanan penuh asap. Tapi semua have fun karena kita sambil karaokean di dalam mobil hahaha... dan semua gak jaim seru-seruan termasuk Bang Arie yang suka banget dangdutan Ayu Ting Ting. Dia ga berhenti ngakak dengerin lagu Sambalado yang akhirnya menulari kita semua untuk joget rame-rame.
Akhirnya, sekitar pukul 9 malam sampai juga di hotel yang ramah sekaligus nyaman dengan harga murah. Dalam satu kamar kami berempat dan kita pun lepas dari mimpi buruk dari hotel di Gili Trawangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H