Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Demi Jadi Saksi Cinta Adam dan Hawa, Saya Rela Naik Turun Tebing

25 Januari 2019   19:13 Diperbarui: 25 Januari 2019   19:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi saya pun bersiap ambil ancang-ancang naik ke bukit yang sebenarnya sudah ada tangga, tetapi saya dan adik lebih memilih manjat bebatuan karna ga sabar dan kayaknya lebih dekat. hahahaha...

(dokpri)
(dokpri)
(dokpri)
(dokpri)
Maka saya ikat dress yang membalut saya, sudah siap beraksi melewati batu-batu besar ini. Lumayan ekstrem sih dan tinggi untung ga tergelincir karena adik saya sigap membantu dan memonitor kakaknya yang sok jagoan ini wwkwkwkw...

Akhirnya dengan berpeluh, kita sampai dipuncak dengan banyak orang yang penuh hajat. Di sini semua berteriak keagungan Allah namun dilarang solat karena dianggap musryik. Mama langsung sigap membuat saya mendekat ke tugu peringatan bertemunya Adam dan Hawa ini. Dia minta saya berdoa untuk urusan jodoh. Hm.... saya pejamkan mata dan meminta yang terbaik meski sampai saat ini bisikan saya ke langit belum dikabulkan. Hiks.

Oke baiklah, berbeda dari yang saya lihat di TV. Tugu Jabal Rahmah di hadapan saya kini tak penuh corat coret karena sudah dicat dan sudah ada prasasti yang menuliskan sejarah tentangnya. Saya tersenyum dan meyakini suatu saat akan ada pertemuan saya dengan jodoh masa depan saya. hehe...

(dokpri)
(dokpri)
Kami tidak bisa berlama-lama karena massa semakin menumpuk jadi musti turun. Selepas turun saya sempat berfoto-foto dengan keluarga tetapi ya, masa banyak vandalisme di bebatuan sini. Sedih sih. Emang vandalisme jadi halal apa kalau tulisannya arab, gak kan. Hmm... dasar manusia di tempat suci mereka pun ga bisa menghargai.

Dari sini kelompok kami berdebat soal perjalanan selanjutnya, pemandu menawarkan jemaah apa mau ke Jabal magnet. Orang tua yang sudah banyak penyakit pun menolak karena lelah. Sementara saya yang muda tentu bersemangat. Golongan tua pun sebenarnya banyak yang mau kan mumpung di sini gitu. Tapi yang muda akhirnya mengalah demi kesejahteraan bersama ya kan.

Oke lanjut, walau waktu mepet. Kita memaksakan ke Masjid Qiblatain. Dulu masjid ini adalah rumah warga Ansar. Tetapi waktu Rasul salat zuhur (kalau gak salah), dia diperintahkan mengubah arah dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram. Sebenarnya ini adalah permintaan Nabi yang lumayan lama dikabulkan sama Allah. Sampai saking memohonnya Nabi tuh sampai menengadah seolah-olah meminta dengan sangat.

Kenapa Rasul meminta itu? karena dia kesal dan sedih diejek terus kenapa masih menghadap ke tempat yang banyak orang musriknya dan kaum Israel yang emang udah zalim dan ingkar dari dulu. Untung, akhirnya dikabulkan jadi jangan pikir Rasul itu kek di sinetron baim setiap doa langsung dikabul gak lah. Jadi sabar sabar ya kalau doa belum dikabul *ingetin diri sendiri wkwkw...

Nah, di masjid ini wudu amat susah, sementara kita sedang mengejar waktu untuk fardu di masjid Nabawi. Coba tebak akhirnya gimana? kita wudu pake air aqua hahaha... dan sebotol aqua harus dibagi ke banyak orang. Kebayang kan gimana kisruhnya apalagi sama emak-emak. Namun akhirnya berhasil salat juga. Yey Alhamdulillah.

Sebenarnya ada satu tempat yang belum kesampaian didatangi. Apalagi kalau bukan Jabal Nur, tempat rasul pertama kali mendapat wahyu. Tetapi yah, itu takes time butuh waktu seharian untuk treking ke sana. 

Sebelumnya gak ad tangga untuk mencapai ke atas sana. Tetapi sekarang katanya udah ada tangga dan ada pedagang jual air pun di atas sana. Jemaah pada ke sana tentu pengen lihat Gua Hira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun