Mohon tunggu...
Aditya Dimas Verdiangga
Aditya Dimas Verdiangga Mohon Tunggu... Penulis - Ahli bedah

Rahmatan Lil'alamin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manisya gula menuju 1 shawwal 1440 AH

4 Juni 2019   17:05 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku kau dan dia sebuah segitiga kejelasan nyata, aku sering membahsnya padamu dan kau membahasnya padaku untuk ini itu dan demikian.

Kau dan aku sejak awal bertemu tak pernah menjadi kita meski pendapat kita sama kesukaan kita sama atau mungkin perasaankita sama.

Aku bodoh kau yang pintar, aku yang sakit kau yang sehat, aku yang sedih kau yang bahagia.

Aku menrangkak menjauh setiap aku datang kau memaki makiku dengan sebutan nama mantanmu.

Aku punya Tuhan, aku khawatir kau di marahi olehNya karena kau selalu memakiku.

Aku tak mau meski hanya mendekatimu hanya saja tubuhku memiliki saran agar aku datang kepadamu. 

Setelah kejadian demi kejadian tubuhku mulai sadar kamu orang yang tepat untuk menjadi teman di masa depanku.

Sakitku bertambah hingga aku pergi dari rumah agar orang tuaku tak khawatir keadaanku.

Menikahi mu bukan tubuh serta karakter dominan dan tidak dominan atau materi tentang pola pikir bersudut dan tak bersudut namun jiwa dan segala sakit dan bahagia.

Aku menikmatinya hanya saja kamu belum tentu bisa menikmatinya bersamaku.

Kau tinggalkan aku, menyuruhku pergi karena ada luka luka yang belum terobati kelak ada orang yang akan menyembuhkanku, meski bukan kamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun