Aku kau dan dia sebuah segitiga kejelasan nyata, aku sering membahsnya padamu dan kau membahasnya padaku untuk ini itu dan demikian.
Kau dan aku sejak awal bertemu tak pernah menjadi kita meski pendapat kita sama kesukaan kita sama atau mungkin perasaankita sama.
Aku bodoh kau yang pintar, aku yang sakit kau yang sehat, aku yang sedih kau yang bahagia.
Aku menrangkak menjauh setiap aku datang kau memaki makiku dengan sebutan nama mantanmu.
Aku punya Tuhan, aku khawatir kau di marahi olehNya karena kau selalu memakiku.
Aku tak mau meski hanya mendekatimu hanya saja tubuhku memiliki saran agar aku datang kepadamu.Â
Setelah kejadian demi kejadian tubuhku mulai sadar kamu orang yang tepat untuk menjadi teman di masa depanku.
Sakitku bertambah hingga aku pergi dari rumah agar orang tuaku tak khawatir keadaanku.
Menikahi mu bukan tubuh serta karakter dominan dan tidak dominan atau materi tentang pola pikir bersudut dan tak bersudut namun jiwa dan segala sakit dan bahagia.
Aku menikmatinya hanya saja kamu belum tentu bisa menikmatinya bersamaku.
Kau tinggalkan aku, menyuruhku pergi karena ada luka luka yang belum terobati kelak ada orang yang akan menyembuhkanku, meski bukan kamu.Â