Petualangan tim Indonesia Diversity Kalimantan Selatan telah sampai di malam ke empat, tim cukup kelelahan mengeksplore beberapa tempat seharian, atas saran mas Fata, driver sekaligus guide kami yang paling tahu kota Banjarmasin, maka santap malam kami yang awalnya tidak ada ide harus kemana, diarahkan ke Lontong Orari yang berlokasi di jalan Simpang Sungai Mesa Kota Banjamasin.
Dan santapan malam ini seketika melepas seluruh lelah yang menggelayuti tubuh sejak sore. Tiba di rumah makan Lontong Orari, suasana cukup ramai tapi bersahabat, kursi lesehan dan meja kayu hampir terisi penuh. Di dinding rumah makan terlihat berjejer bingkai ulasan dari berbagai koran, juga terpampang banyak penghargaan yang pernah diterima.
Lontong orari ini sebenarnya hanyalah penamaan dari masyarakat. Konon dulunya rumah makan ini hanyalah sebuah warung biasa yang didirikan tahun 80an silam. Lokasi pertama awalnya tidak ditempat yang kami kunjungi, namun beberapa ratus meter dari lokasi sekarang.
Rusminah nama perintis warung lontong yang saat ini telah dikelola oleh anaknya. Asal kata orari sendiri sebenarnya diberikan oleh pengunjung sebab disamping warung tersebut sering menjadi tempat nongkrong para komunitas organisasi radio amatir republik Indonesia.
Sambil makan dan ngobrol, tempat ini dulunya juga hampir tiap hari dijadikan markas komunitas tersebut. Penyajian lontong orari sendiri tidak ada bedanya dengan lontong pada umumnya, yaitu berisi lontong, sayur dan lauk pauk. Hanya saja yang menjadikan lontong ini unik karena lontongnya berbentuk segitiga dan penyajian ikan Haruan sebagai lauk-pauknya.
menurut cerita anak dari ibu Rusminah, bahkan saat warung sudah tutup para pengnjung tetap mencari lontong ke rumah ibu Rusminah. Karena animo pengunjung begitu tinggi, maka dibukalah warung di rumah yang saat ini telah menjadi Warung Makan Lontong Orari, bahkan buka hingga pukul 03.00 dini hari.
Rumah makan ini sepertinya telah menjadi ikon kuliner kota Banjarmasin, terlihat saat kami berkunjung, di beberapa meja tidak pernah kosong dari pengunjung.
Lontong memang merupakan satu diantara banyak kuliner tradisional nusantara. Kalimantan selatan termasuk daerah di Indonesia yang menyajikan lontong secara unik namun nikmat. Tidak ada sejarah yang valid sejak kapan kuliner lontong mulai ada di bumi Lambung Mangkurat ini, tapi yang pasti, kuliner ini selalu dicari setiap pengunjung.
Seperti ketupat Kandangan, makanan ini berkuah santan dengan pilihan lauk berupa telur, ayam yang dimasak habang, dan yang paling khas adalah ikan gabus atau biasa disebut Haruan.Â
Tidak ketinggalan bubuhan taburan bawang goreng dan sayur nangka rebus membuat lidah semakin bergoyang dan kita bisa menemukan rasa yang sangat khas diantara kenyalnya lontong, manisnya masak habang dan gurihnya santan.
Setelah menikmati lezatnya kuliner ini, saya penasaran dengan wujud dapur dan cara masaknya. Bersyukur tim Indonesia Diversity diberi kesempatan untuk melihat-lihat sejenak dapur yang berada di belakang ruang makan.
Cara masaknya terbilang tradisional, seluruhnya tetap menggunakan kompor minyak agar cita rasa dan kelezatannya tetap ada dan tahan lama. Bahkan saat awal berdiri, pemilik warung makan menggunakan tungku.Â
Untuk sehari, rumah makan ini menghabiskan 50-60 kilogram ikan gabus serta 30 ekor ayam. Dalam sehari lontong dibuat minimum 4 belek, 4 belek itu senilai dengan 20 liter, sama dengan menjual antara 250 hingga 500 porsi lontong.
Namun menikmati kelezatan lontong orari banjarmasin tak lengkap jika tidak mencicipi ketupat kandangan. 3 hari sebelumnya kami tim Indonesia Diversity kalimantan selatan sempat menikmati kuliner khas daerah Kandangan ini setelah mengeksplore peternakan kerbau rawa di daerah Danau Panggang.Â
Karena tekstur ketupatnya yang agak kasar dan mudah pecah, maka jika diaduk dengan sendok potongan ketupatnya akan hancur, pecah pecah menjadi seperti nasi biasa.
Bagi warga asli Kandangan, hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan mereka menyantap ketupat kandangan dengan menghancur-hancurkan ketupatnya terlebih dahulu. Tidak ketinggalan sambal pedas yang menambah cita rasa kuliner ini.Â
Berbeda dengan sambal pada umumnya, sambal untuk ketupat kandangan ini lebih terasa agak asam namun sangat pedas. Ini semakin melezatkan ketupat kandangan yang dilengkapi dengan campuran bumbu kuah santan dari cabe kering, kemiri, daun serai, terai, dan bawang merah.
Disebut ketupat kandangan karena sajian ketupat ini satu-satunya berasal dari kota kandangan, tidak seperti sajian ketupat lainnya yang biasanya dilengkapi dengan menu sayur. Kota Kandangan sendiri merupakan kota kecil sekaligus ibukota dari kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.Â
Dari Kota Banjarmasin perjalanan bisa ditempuh sekitar 3-4 jam. Sebenarnya selain ketupat kandangan, kota ini juga terkenal dengan kuliner Lemangnya. Juga ada tugu bundaran yang dihiasi oleh patung ketupat yang sepertinya inilah patung ketupat terbesar di Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI