Mohon tunggu...
Media Berbagi
Media Berbagi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Atma dan Asrar

20 November 2024   01:48 Diperbarui: 20 November 2024   04:39 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Lepas Latihan (Sumber: koleksi Pribadi)

Sebelum ke puisinya, Aku ingin menyampaikan terkait latar belakang terciptanya puisi ini.

Puisi ini muncul dari rasa kebingungan yang mendalam dalam diriku, terutama tentang perjalanan mencari jati diri dan mencoba memahami hal-hal yang sulit aku pahami. Musik adalah salah satu bagian dari hidup yang selalu terasa jauh, seolah aku buta akan irama dan melodi yang seharusnya bisa ku rasakan. Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa kesulitan untuk menyatu dengan hal-hal yang seharusnya mengalir dengan alami.

Aku merasa seperti seorang murid yang tak kunjung paham meskipun sudah diajarkan berkali-kali. Di satu sisi, aku menghargai usaha orang-orang yang sabar mengajariku, namun di sisi lain, aku merasa cemas dan sedih melihat kebutaanku yang seolah tak ada ujungnya. Bagaimana aku bisa menjiwai lagu jika aku tak bisa merasakan harmoni yang ada?

Puisi ini adalah gambaran dari perasaan tersebut: kebingungan, kelelahan, dan keinginan untuk terus belajar meskipun tampaknya jalan itu penuh dengan ketidakpastian. Ketika aku menulisnya, aku juga mencoba untuk melepaskan sedikit beban yang ada di hati dan berbagi perasaan tersebut. Mungkin, ini adalah cara untuk aku bisa berdamai dengan kebutaanku---baik dalam hal musik, maupun dalam hal-hal lain dalam hidupku.

Aku ingin puisi ini menjadi bentuk pengakuan akan perjuangan batin yang kita semua hadapi, entah itu dalam memahami diri sendiri, mengejar impian, atau mencari makna dalam kehidupan. Semua itu butuh waktu, sabar, dan terkadang kebingungan yang tak bisa dielakkan.

Kurang lebihnya seperti itu. Berikut puisinya:

Atma dan Asrar

Nada, petikan, dan rasa  

Ku buta pada bagiannya  

Harmoni dalam jiwa, sebuah lagu hilang tanpa aba-aba  

Rasa...  

Sulit ku temukan diri dalam bait lirik dan menyatu dengan nada  

Layu, begitu salah satu kata dari laguku  

Layu...  

Ku mulai layu, pasrah dengan kebutaan pada nada dan iringan musik  

Lelah...  

Namun bukan berarti menyerah  

Aku lelah, tak juga paham dengan semua itu  

Bingung cara memulainya  

Bingung harus merasakan musik dan menjiwai lagu dengan cara apa  

Aku benar-benar bingung  

Iya, aku buta akan semua itu  

Antara diriku, lagu, dan musik  

Bagai minyak dan air, susah disatukan  

Mungkin aku butuh sabun untuk menyatukan air dengan minyak  

Tapi aku tak tahu siapa gerangan sabun itu  

Jujur, aku tak mau seperti ini  

Mereka mengajariku dengan sabar dan ikhlas  

Aku menghargai itu, aku bersyukur dengan itu  

Namun...  

Aku juga sedih dengan kebutaanku  

Sedih melihat mereka kehabisan akal  

Harus mengajariku dengan cara apa lagi?  

Sungguh aku sedih dengan semua itu  

Harus bersikap apakah aku?  

Aku hanya si buta yang mau belajar mengenali jalan  

Jalan tanpa dusta, jalan tanpa ketakutan  

Seiring berjalannya waktu  

Aku mulai sadar  

Kebutaan akan musik sungguh merepotkan mereka  

Mengajariku berhari-hari dengan keikhlasan, juga dengan sebaran harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun