Di balik tirai kehidupan yang gemerlap,
Tersembunyi realita yang tak terungkap.
Garis-garis hitam menggores langit biru,
Menyampaikan cerita yang tak sering didengar.
Di jalan-jalan kota, di antara beton dan aspal,
Kisah-kisah kehidupan terlipat dalam kerapuhan.
Di sudut-sudut terabaikan, suara-suara terpinggirkan,
Menanti keadilan dalam senyap yang membeku.
Sesekali matahari menyelinap di antara gedung-gedung tinggi,
Menyoroti bayang-bayang yang terlupakan.
Di balik kilauan kaca dan neon yang menggoda,
Tersembunyi cerita-cerita tentang penderitaan yang terlupa.
Namun, di setiap jeda kota yang ramai dan gemerlap,
Ada suara-suara kebenaran yang menuntut perhatian.
Menggurat luka-luka yang terpendam,
Mengukir harapan dalam estetika yang kritis.
Di mana pun kita berada, di tengah kota atau di desa terpencil,
Puisi ini mengajak kita untuk mendengarkan,
Merangkai kata-kata dalam keheningan malam,
Menghadapi realita dengan mata yang terbuka, hati yang peduli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H