Penyebab lain mengapa tidak mudah menjadi Content Creator adalah agar konten yang dihasilkan dapat menghasilkan uang (monetisasi), seringkali harus memenuhi berbagai persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh platform media sosial
 tertentu. Hal ini jelas membutuhkan proses dan waktu yang relatif panjang.
Namun, jika berhasil, seorang Content Creator dapat memperoleh banyak manfaat, diantaranya:
- Memiliki personal branding yang baik dan dikenal banyak orang
- Mendapatkan penghasilan dari konten yang dibuat
- Memberikan dampak positif kepada khalayak melalui konten
- Jika dapat menjadikannya sebagai profesi utama, maka bisa mengatur sendiri tempat dan waktu kerja
Menjadi Seorang Content Creator yang Sukses
Sebagaimana kita perlu bertanya kepada seseorang yang telah lebih dulu sampai di tujuan, kita juga perlu belajar dari para Content Creator yang telah berhasil. Semuanya agar kita tidak salah arah, dan tahu bekal apa yang harus dipersiapkan.
Berikut adalah tiga bekal pokok yang perlu dipersiapkan untuk menjadi Content Creator:
1. Habit
Konsistensi dalam membuat konten adalah syarat utama seorang Content Creator. Karena dari kontenlah kita akan dikenal.
Prinsipnya adalah quantity then quality. Konsistensi di dalam menghasilkan konten yang harus diutamakan. Kualitas konten dapat ditingkatkan secara bertahap.
Banyak dari mereka yang gagal atau berhenti di tengah jalan karena ragu akan kualitas kontennya. Jadwal posting konten menjadi tidak teratur. Interaksi dengan audience pun tidak terbangun dengan baik.
2. Sistem
Rahasia dari keberhasilan membentuk habit posting konten secara konsisten adalah dengan memiliki sistem.
Idea capturing, content drafting, content editing, posting content adalah serangkaian aktivitas yang perlu dibuat sistemnya.
Contohnya adalah idea capturing atau mencatat ide. Ide terkait konten bisa muncul kapan dan dimana saja. Jika tidak segera dicatat, ide itu akan hilang begitu saja.
Seorang Blogger pernah bercerita, dia membuat alat mencatat berupa kertas anti air dan spidol yang diletakkan di kamar mandi. Ia melakukannya karena tidak jarang, ide-ide itu muncul pada saat mandi.