Di jaman serba modern ini, siapa anak muda yang mau jadi petani?.
Saya ingat dulu ketika masih SD, jika ada pertanyaan dari Bu guru, "Anak-anak, apa cita-cita kalian jika sudah besar nanti?"
Maka profesi yang seringkali muncul sebagai jawabannya adalah: "dokter, pilot, presiden, polisi dan artis."
Tidak ada yang menjawab, "Saya mau menjadi petani". Padahal, saya bersekolah di Sleman, dimana masih mudah ditemukan areal persawahan pada masa itu.
Belum lama ini, ketika berkunjung ke rumah saudara saya di Bantul - yang merupakan sentra pertanian, saya menemukan tulisan DIJUAL di atas tanah persawahan.
Saya kemudian berpikir, kalaupun dijual harganya belum tinggi, karena di kiri kanannya masih merupakan areal persawahan.
Sepengetahuan saya, kalaupun tidak dijual, sang penerus (ahli waris) akan menyerahkan pengelolaan sawahnya ke orang lain, biasanya dengan sistem bagi hasil.
Padahal, petani adalah profesi mulia, yang dibutuhkan negeri ini untuk bisa berswasembada pangan. Menjadi petani juga merupakan proses pembentukan karakter, yang dibutuhkan di segala zaman.
Belajar Karakter dari Seorang Petani
Saat ini saya tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta. Saya mengamati bahwa banyak anak muda - generasi milenial yang membutuhkan pencerahan seputar self development. Terutama tentang bagaimana mengubah mindset.
Banyak buku, pelatihan, e-book, dan akun sosial media yang mengambil tema seputar hal ini.