Bagaimana dengan kita, jika diri kita tidak bertumbuh atau berprogres sesuai harapan, siapa yang disalahkan?
Acapkali kita merasa tidak kompeten, tidak berbakat, tidak beruntung. Dimana hal itu justru melemahkan semangat kita.
Padahal yang perlu diperhatikan adalah, sudahkah kita berada di lingkungan yang tepat? Sudahkah kita memilih teman seperjuangan (support system) yang mendukung? Sudahkah kita berinvestasi - misal baca buku, ikut pelatihan - kepada diri kita sendiri?
Jangan berputus asa terhadap diri sendiri, sebagaimana petani yang tidak berputus asa pada tanaman yang digarapnya.
#3 Petani paham bahwa ada musim baik dan buruk, yang ada di luar kendali. Mereka bersiap menghadapinya dengan sebaik mungkin.
Musim yang tidak menentu dapat berpengaruh terhadap kualitas dan hasil panen petani. Jika musim kemarau berlangsung lebih lama, tanaman akan kekurangan air dan bisa gagal panen. Sebaliknya, jika musim hujan lebih intens dari biasanya, tanaman dapat terendam air dan terkena penyakit.
Petani paham hal ini, mereka tidak akan bisa mengendalikan cuaca. Sehingga, mereka melakukan berbagai langkah antisipasinya.
Diantaranya dengan menggunakan sistem irigasi spinkler, menerapkan pertanian organik dan menanam tanaman palawija.
Pun demikian dengan kita. Ada banyak hal yang dapat berdampak besar kepada kita namun tanpa bisa kita kendalikan.
Pandemi covid-19, gelombang PHK, resesi ekonomi adalah contohnya.
Sudah sewajarnya agar kita terus waspada, belajar dan tidak hanya menikmati zona nyaman.
Kesimpulan
Jadi, petani sebenarnya mengajarkan banyak hal kepada kita, yang hidup di tengah zaman instan.