Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Target Akhir Tahun Tidak Tercapai, Salah Siapa?

3 Desember 2022   07:56 Diperbarui: 4 Desember 2022   13:45 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matrix diagnosa efektifitas organisasi. Sumber: dokumen pribadi

Akhir tahun sudah di depan mata. Kita semua sibuk dengan evaluasi tahunan. Pertanyaannya: jika target tidak tercapai, salah siapa?

Evaluasi diperlukan agar teridentifikasi penyebab tidak tercapainya target.

Hasil dari evaluasi tersebut, dijadikan dasar bagi penyusunan langkah korektif (corrective action) untuk tahun depan. 

Hal ini dilakukan agar penyebab yang sama tidak terulang kembali.

Evaluasi di tingkat organisasi 

Acapkali, yang menjadi kambing hitam tidak tercapainya target korporasi adalah struktur organisasi. Kenapa? Karena bagan struktur organisasi tidak bisa ngomong. Dia diam saja jika disalahkan.

Padahal, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian target cukup banyak. 

Menurut Mercer Delta Consulting, selain struktur organisasi, terdapat faktor lain seperti budaya, proses & sistem kerja, kepemimpinan dan kompetensi personil.

Evaluasi pencapaian target pribadi

Sebagai pribadi kita juga memiliki target tahunan. Istilah kerennya resolusi tahunan, yang biasa kita buat di awal tahun.

Bagaimana pencapaian target pribadi kita tahun ini? Kalo tidak tercapai, siapa yang salah?

Sebagai manusia, kita cenderung menyalahkan faktor eksternal jika target tidak tercapai. Fenomena ini tidak hanya bisa kita jumpai di tingkat individu, namun hingga tingkat korporasi. 

Misalnya, apa hal yang diklaim sebagai penyebab PHK di sebagian start-up unicorn baru-baru ini? Hampir semuanya mengatakan resesi global sebagai penyebab utamanya, yang merupakan faktor eksternal.

Solusi

Apa solusi agar kita lebih objektif di dalam mengidentifikasi penyebab kegagalan di tahun ini?

Sebagaimana seorang dokter yang mendiagnosa penyakit pasiennya, di dalam mengidentifikasi penyebab tidak tercapainya target, kita perlu untuk melihat simptom.

Simptom adalah tanda-tanda ada bagian tertentu dari sistem tubuh atau organisasi yang bermasalah dan tidak berfungsi dengan baik.

Misalnya, jika perut seorang pasien ditekan sakit, dokter akan mendiagnosa kemungkinan ada masalah di lambungnya. Prinsip yang sama juga dapat diterapkan untuk mendiagnosa organisasi. 

Jika banyak karyawan yang demotivasi, kurang bersemangat dalam mengejar target misalnya, dapat didiagnosis bahwa ada kemungkinan sistem kompensasi dan benefitnya kurang efektif.

Lebih lanjutnya, kita bisa berpedoman pada tabel di bawah ini.

Matrix diagnosa efektifitas organisasi. Sumber: dokumen pribadi
Matrix diagnosa efektifitas organisasi. Sumber: dokumen pribadi

Sedangkan untuk melakukan identifikasi simptom bagi diri kita sendiri, bisa menggunakan tabel di bawah ini.

Matrix diagnosa efektifitas pribadi. Sumber: dokumen pribadi
Matrix diagnosa efektifitas pribadi. Sumber: dokumen pribadi

Proses diagnosa atau identifikasi penyebab kegagalan dalam pencapaian target adalah proses yang sangat penting. Apa yang terjadi ketika kita salah dalam mendiagnosa?

Akibat salah diagnosa

Setelah mendiagnosa pasiennya, dokter akan memberikan resep obat. Harapannya, obat ini bisa menjadi perantara bagi kesembuhan penyakit yang di derita oleh pasien.

Begitupun ketika kita mendiagnosa penyebab kegagalan kita - baik organisasi maupun individu.  Kita akan merumuskan corrective action atau langkah koreksi agar penyebab kegagalan tersebut teratasi.

Harapannya, faktor yang sama tidak terjadi lagi sehingga menghalangi pencapaian target tahun depan. Apa yang terjadi jika hasil diagnosanya salah?

Jika dokter salah mendiagnosa, maka resep obat yang diberikan salah. Akibatnya penyakit yang di derita pasien tak kunjung sembuh.

Salah mendiagnosa, akan berakibat pada terbuangnya sumberdaya - waktu, tenaga, biaya sedangkan sumber masalahnya tetap saja ada dan tidak teratasi.

Contohnya adalah kita mendiagnosa bahwa struktur organisasi tidak efektif. Kemudian, dilakukan perubahan terhadap bagan organisasi lengkap dengan turunannya - job description, job requirement, job grade, dll.

Proses tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.

Belum lagi diperlukan penyesuaian pada sistem pendukung seperti ERP (enterprise resource planning), serta dibutuhkan waktu adaptasi bagi stakeholder terkait sehingga struktur baru ini dapat berfungsi maksimal.

Namun, bagaimana jika yang menjadi masalah sebenarnya ternyata bukan struktur organisasi?

Kesimpulan

Keterampilan kita dalam mendiagnosa penyebab kegagalan menjadi sangat penting sebagai bekal bagi penyusunan resolusi tahun depan. Memang, dibutuhkan waktu dan upaya yang tidak sedikit untuk melakukan hal tersebut.

Namun, sebagaimana yang dikatakan Steve Jobs:

Jika Anda mendefinisikan masalah dengan benar, Anda hampir mendapatkan solusinya.

Jika kita dapat mengidentifikasi penyebab kegagalan dengan benar, maka kita bisa menyusun corrective action dengan akurat. Harapannya, masalah terselesaikan dan akhirnya targetpun tercapai.

Nah, selamat melakukan evaluasi tahunan ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun