Bentuk perilaku negatif dari seorang Bos bisa bermacam-macam, tergantung orangnya. Salah satu ciri yang bisa jadi sering dijumpai adalah ia mengidap sindrom "anjing terbesar."
Sindrom "anjing terbesar"
Istilah ini digunakan oleh Jim Collins dalam buku best sellernya yang berjudul Good to Great.
Untuk memahaminya dengan sederhana, mari kita sejenak berpetualang ke dunia hewan. Tepatnya, di sebuah kandang yang dihuni oleh belasan ekor anjing.
Ada seekor anjing remaja. Ia berukuran sedang, memiliki suara yang cukup keras dan aktif bergerak.
Tidak lama kemudian ada seorang pengunjung yang datang. Seorang anak tanggung yang membawa makanan anjing. Dia mempermainkan anjing-anjing yang ada di kandang dengan berpura-pura melempar makanan, padahal tidak.
Berulangkali ia melakukan hal tersebut dan berulangkali pula ia tertawa.
Si anjing remaja yang melihatnya, merasa marah. Dengan sekuat tenaga ia menyalak, "guk guk!." Dan berhasil. Anak itu ketakutan dan pergi.
Sang anjing remaja merasa sangat senang dengan pencapaiannya. Namun, tiba-tiba seekor anjing besar di kandang itu mendatanginya.
Sang anjing besar tidak suka dengan apa yang dilakukan anjing remaja. Ia dianggap menyalak terlalu keras, sehingga lebih keras dari suara sang anjing besar.
Apa daya, sang anjing remaja itu takut dan mundur. Ia akhirnya belajar satu hal, bahwa sang penguasa kandang tidak suka ada anjing yang lebih hebat dari dirinya.
Sindrom "anjing terbesar" adalah mereka tidak mengganggu anjing-anjing lain di kandang asalkan merekalah yang tetap paling besar.