Seekor burung gereja misalnya, tidak akan terbang setinggi elang, ia juga tidak akan berenang seperti albatros.
Ia juga tidak akan membandingkan dirinya dengan burung-burung lain. Ia tahu kemampuannya, ia pun menggunakannya dengan semestinya, dengan bahagia. Anda belum pernah mendengar burung bunuh diri bukan?
Bagaimana dengan manusia? Sudahkah ia mengenal dirinya dengan baik? Apakah ia membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain? Apakah ia memaksakan melakukan hal-hal diluar kemampuannya? Sungguh wajar jika dia tidak bahagia.
Kenapa tidak bahagia dalam bekerja?
Suatu hari saya membuka LinkedIn. Ada notifikasi dari seorang relasi. Setelah dibuka, ternyata itu adalah announcement bahwa dia peroleh promosi jabatan.Â
Jujur, setiap peroleh notif seperti itu saya terpenung, kapan ya saya bisa promosi? Apa yang harus dilakukan untuk cepat naik jabatan? Butuh effort apa?
Meskipun tidak memikirkannya sepanjang hari, tetap saja angan itu terpatri dalam diri. Bayangan akan gaji dan fasilitas yang lebih besar, serta status sosial yang mentereng begitu menarik untuk diabaikan. Namun sudah benarkah harapan itu?
Berpikir ke arah itu, membuat saya ngeluh. Lelah memikirkannya. Ujungnya, bekerja jadi tidak bahagia.
Menurut hemat saya, bekerja dapat menjadi tidak membahagiakan apabila hal-hal berikut ini hadir saat kita bekerja:
Terlalu fokus kepada hasil/output
Bekerja memang tujuannya untuk mendapatkan hasil, bisa uang, jabatan atau hal lainnya. Namun, itu adalah hasil akhir. Butuh proses untuk mendapatkannya. Bisa jadi, suatu proses yang panjang. Terlalu fokus pada hasil akhir hanya akan menambah tekanan selama perjalanan. Akibatnya, prosesnya pun bisa jadi tidak maksimal. Boro-boro menikmatinya.