Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sudahkah "Roda Kehidupan" Anda Seimbang?

22 Januari 2022   08:10 Diperbarui: 24 Januari 2022   16:01 3122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Roda Kehidupan. Sumber: dokumen pribadi

Keluarga,
Karir,
Kesehatan,
Finansial,
Kemudian aspek Sosial, Spiritual dan Intelektual. Mana yang lebih penting buat Anda?

Mari kita sejenak luangkan waktu untuk menggambar diagram pie. Bisa dengan excelnya microsoft atau spreadsheetnya google.

Letakan ketujuh hal tersebut masing-masing pada 1 potongan pie. Kemudian, beri nilai setiap aspek sesuai dengan kadar pencapaian kita. 

Apabila dijumlahkan, ketujuh aspek tersebut harus bernilai 100. Nah, bagaimana bentuk pie Anda? Aspek apa yang bernilai paling besar dan apa yang paling kecil?

Bagi Anda yang menjadikan aspek finansial sebagai aspek prioritas dalam hidup, besar kemungkinan pie nya akan bernilai paling besar.

Pertanyaannya, apakah ada aspek yang kemudian "dikorbankan"? Apakah keluarga, sosial, atau spiritual?

Jawabnya tentu saja bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Izinkan saya berandai-andai. Sungguh suatu kehidupan yang indah apabila kita dapat memenuhi angan dan harap kita di ketujuh aspek tersebut. Sebagai individu, Anda sukses berkarir. 

Saat ini sudah berhasil menduduki jabatan strategis di sebuah BUMN yang beromset triliyuan rupiah. Di aspek finansial, tidak perlu ditanya lagi. Semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah.

Di sini lain, Anda juga berhasil dalam membina keluarga, memiliki suami/istri yang ideal, anak-anak yang pintar dan penurut. Anda pun rajin olahraga dan secara rutin mengikuti berbagai seminar yang meningkatkan kapasitas intelektual Anda.

Pun demikian pada aspek sosial. Di lingkungan tempat tinggal, hampir semua warga mengenal Anda. Selain itu, Anda juga dikenal sebagai orang yang rajin beribadah. Wah, sebuah kehidupan yang sempurna bukan?

Kembali kepada diagram pie. Apabila kehidupan ideal tersebut digambarkan, nilai tiap aspek adalah sama besar. Tiap aspek bernilai 14,3 yang apabila dijumlahkan akan bernilai total 100. Hasilnya tentu saja akan diperoleh sebuah diagram pie yang seimbang, enak dilihat. Sebuah gambaran akan kehidupan yang sempurna.

Mari luangkan sejenak waktu untuk berkontemplasi, merenung tentang apa yang telah kita capai sejauh ini. Tentang kondisi kita saat ini di ketujuh aspek tersebut. Jujur pada diri sendiri dalam menilai, agar mendapat gambaran yang senyatanya.

Apa aspek yang memiliki nilai terbesar? Apakah pencapaian tersebut telah mengorbankan aspek lainnya? Apa aspek yang memiliki nilai terkecil? Apakah ada dampak buruk yang kita rasakan akibat rendahnya perhatian kita pada aspek tersebut?

Apakah demi mengejar karir misalnya, kita mengorbankan keluarga? Atau apakah demi keluasan finansial kita abai terhadap sisi spiritual?

Banyak kemungkinan kombinasi yang dapat terjadi. Tiap kita tentu saja bisa jadi berbeda-beda.

Sebuah Ilustrasi

Izinkan saya menggunakan tokoh imajiner agar dapat mengilustrasikannya. Budi namanya, seorang lelaki paruh baya yang memiliki karir cemerlang. Ia melakukan self assessment pada roda kehidupannya. ia mendapat hasil bahwa aspek kesehatan dan keluarga ternyata memperoleh nilai terkecil. Disusul kemudian aspek sosial. Inilah kisah singkat Budi.

Budi dikenal sebagai seorang pekerja keras di kantornya. Dengan segudang prestasinya, ia berhasil menduduki jabatan strategis.

Hal tersebut memiliki konsekwensi. Pulang sering larut malam, dan sebelum matahari naik sepenggalah, ia sudah berada di balik meja kantor. Budi melupakan keluarganya.

Bukan nafkah yang jadi masalah. Seluruh kebutuhan istri dan anak-anaknya terpenuhi. Bahkan hal-hal yang termasuk ke dalam kebutuhan tersier pun dapat dipenuhi oleh Budi. Satu hal yang tidak disadarinya kala itu adalah bahwa keluarga butuh lebih dari sekedar materi.

Di sisi lain, effort yang berlebihan dalam bekerja berdampak buruk bagi kesehatan Budi. Ia sangat jarang berolahraga. Saat liburan bersama keluarga pun, banyak pekerjaan kantor yang ia masih pikirkan. Kondisi ini diakali Budi dengan mengkonsumsi berbagai multivitamin mahal.  

Hampir genap 10 tahun Budi menenggak berbagai suplemen. Sampai akhirnya, Budi terpaksa menemui Dokter dikarenakan ia merasa ada hal yang salah pada dirinya. Dan betul saja, Dokter mendiagnosa Budi mengalami hipertensi dan indikasi gangguan jantung. Budi, harus merubah pola hidupnya. Dokter menyarankannya untuk rutin berolahraga, setidaknya 3x tiap minggu.

Seakan belum cukup, Budi kembali menyadari kekurangannya. Akibat kesibukannya bekerja, Ia jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga-tetangganya.

Akhir pekan banyak ia habiskan untuk lembur. Gotong rotong? Chit chat dengan tetangga? Tidak perlu, pikirnya kala itu.

Budi resah dan bimbang. Ada 3 aspek yang perlu ia perbaiki. Ia bingung mau mulai dari mana. Waktu dan tenaganya terbatas, sementara itu ia tidak bisa melupakan begitu saja tuntutan karirnya. Kalau Anda jadi Budi, apa yang akan Anda lakukan?

Jawabnya adalah terletak pada alternatif langkah perbaikan yang dipilih untuk dilakukan. Apabila tepat, satu langkah yang dilakukan untuk memperbaiki suatu aspek, dapat berdampak pada aspek lainnya.

Pada kasus Budi, setelah berpikir panjang ia putuskan untuk memulai dari aspek kesehatan. Ia akan membentuk habit baru, yaitu berolahraga.

Olahraga yang dilakukan secara rutin akan berdampak positif bagi aspek kesehatan. Kondisi fisik dan mental yang prima, secara tidak langsung akan berdampak pada aspek keluarga.

Kini Budi dapat mulai meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan istri dan anaknya, imbas fisiknya yang tidak mudah lelah.

Selain itu, Budi mulai dapat rutin mengikuti kegiatan diagendakan warga. Beberapa kesempatan ronda, rapat RW, dan kerjabakti dapat diikutinya.

Sebelum ini, bukannya Budi tidak mau hadir, namun fisiknya sudah terlanjur lelah akibat bekerja, dan pikirannya sudah dipenuhi pekerjaannya.

Lalu apakah Budi mulai mengabaikan karirnya? Tentu saja tidak. Budi hanya tidak seambisius sebelumnya. Untuk menyiasati waktunya yang kini lebih terbagi-bagi, Budi membuat sistem kerja yang lebih efektif dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi dan proses bisnis yang tepat.

Ketujuh aspek dalam roda kehidupan sejatinya selaras satu sama lain. Kita hanya perlu berkontemplasi terkait kondisi kita saat ini dan mengidentifikasi aspek apa saja yang perlu diperbaiki.

Setelah itu, tentukan fokus perbaikan pada satu aspek. Apabila pilihan langkah kita tepat, secara tidak langsung kita dapat sekaligus memperbaiki aspek-aspek yang lainnya.

Nah semoga kisah singkat Budi ini bermanfaat. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun