Pun demikian pada aspek sosial. Di lingkungan tempat tinggal, hampir semua warga mengenal Anda. Selain itu, Anda juga dikenal sebagai orang yang rajin beribadah. Wah, sebuah kehidupan yang sempurna bukan?
Kembali kepada diagram pie. Apabila kehidupan ideal tersebut digambarkan, nilai tiap aspek adalah sama besar. Tiap aspek bernilai 14,3 yang apabila dijumlahkan akan bernilai total 100. Hasilnya tentu saja akan diperoleh sebuah diagram pie yang seimbang, enak dilihat. Sebuah gambaran akan kehidupan yang sempurna.
Mari luangkan sejenak waktu untuk berkontemplasi, merenung tentang apa yang telah kita capai sejauh ini. Tentang kondisi kita saat ini di ketujuh aspek tersebut. Jujur pada diri sendiri dalam menilai, agar mendapat gambaran yang senyatanya.
Apa aspek yang memiliki nilai terbesar? Apakah pencapaian tersebut telah mengorbankan aspek lainnya? Apa aspek yang memiliki nilai terkecil? Apakah ada dampak buruk yang kita rasakan akibat rendahnya perhatian kita pada aspek tersebut?
Apakah demi mengejar karir misalnya, kita mengorbankan keluarga? Atau apakah demi keluasan finansial kita abai terhadap sisi spiritual?
Banyak kemungkinan kombinasi yang dapat terjadi. Tiap kita tentu saja bisa jadi berbeda-beda.
Sebuah Ilustrasi
Izinkan saya menggunakan tokoh imajiner agar dapat mengilustrasikannya. Budi namanya, seorang lelaki paruh baya yang memiliki karir cemerlang. Ia melakukan self assessment pada roda kehidupannya. ia mendapat hasil bahwa aspek kesehatan dan keluarga ternyata memperoleh nilai terkecil. Disusul kemudian aspek sosial. Inilah kisah singkat Budi.
Budi dikenal sebagai seorang pekerja keras di kantornya. Dengan segudang prestasinya, ia berhasil menduduki jabatan strategis.
Hal tersebut memiliki konsekwensi. Pulang sering larut malam, dan sebelum matahari naik sepenggalah, ia sudah berada di balik meja kantor. Budi melupakan keluarganya.
Bukan nafkah yang jadi masalah. Seluruh kebutuhan istri dan anak-anaknya terpenuhi. Bahkan hal-hal yang termasuk ke dalam kebutuhan tersier pun dapat dipenuhi oleh Budi. Satu hal yang tidak disadarinya kala itu adalah bahwa keluarga butuh lebih dari sekedar materi.
Di sisi lain, effort yang berlebihan dalam bekerja berdampak buruk bagi kesehatan Budi. Ia sangat jarang berolahraga. Saat liburan bersama keluarga pun, banyak pekerjaan kantor yang ia masih pikirkan. Kondisi ini diakali Budi dengan mengkonsumsi berbagai multivitamin mahal. Â