Mohon tunggu...
MUSTAR MATH
MUSTAR MATH Mohon Tunggu... Guru - Praktisi pendidikan

Peduli dengan masalah pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aksi Nyata CGP, Kesepakatan Kelas

3 Juli 2021   12:29 Diperbarui: 3 Juli 2021   12:32 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kelas yang menyenangkan siap melaksanakan kesepakatan kelas

Fenomena yang lumrah saya jumpai terjadi di kelas antara lain adalah seperti disiplin waktu murid mengikuti pelajaran yang kurang maksimal, budaya murid menjaga kebersihan kelas yang masih perlu ditingkatkan dan saling menghargai antar murid yang masih perlu pembinaan. 

Fenomena-fenomena tersebut bahkan terjadi setiap hari dan seolah-olah sudah menjadi tradisi mereka, akibatnya ada perasaan yang kurang berkenan di hati saya.

Untuk mencegah tradisi tersebut agar tidak semakin parah, saya sebagai guru bisa saja menghukum murid yang membuat gaduh di kelas misalnya. 

Namun, pemberian hukuman kepada murid bukanlah suatu solusi yang tepat karena hanya akan menghasilkan kedisiplinan semu. 

Pemberian hadiah bagi siswa yang tidak melanggar juga bukan suatu solusi yang baik karena murid akan tertanam dipikirannya bahwa melakukan atau tidak melakukan sesuatu pasti akan diganjar hadiah.

Beruntunglah saya sebagai CGP karena berdasarkan modul pelatihan ada suatu cara yang efektif untk menanamkan kedisiplinan kepada murid, yaitu dengan cara membuat kesepakatan kelas. Karena itu, dirasa perlu membuat kesepakatan kelas Bersama murid. 

Tekad murid pria siap melaksanakan kesepakatan kelas
Tekad murid pria siap melaksanakan kesepakatan kelas

Penyusunan kesepakatan diawali dengan pengantar saya di hadapan kelas. Pengantar ini berisi penjelasan pentingnya membuat kesepakatan kelas. 

Setelah penjelasan dirasa cukup dan tanya jawab dengan beberapa murid, kegiatan dilanjutkan dengan mempersilakan murid-murid menuliskan di papan tulis hal-hal yang bakal disepakati. 

Agar lebih banyak murid yang terlibat maka hanya dibolehkan satu murid menulis satu poin rancangan kesepakatan. Dari 30 murid yang hadir di kelas ini, ada 14 orang yang maju menulis di papan tulis. Ini berarti juga ada 14 poin rancangan kesepakatan.

Tentu saja tidak semua rancangan kesepakatan itu akan dipilih. Untuk memutuskan poin rancangan yang akan dipilh saya membuka dialog dengan murid. Berikut cuplikan dialognya.

Saya (guru) : murid-murid, dari daftar rancangan di atas, adakah poin-poin yang sama?

Murid 1: Ada Pak yaitu buang sampah pada tempatnya, jangan coret-coret dinding dan jagalah kebersihan.

Saya: Apa yang sebaiknya kita lakukan agar ketiga kalimat itu menjadi efektif?

Murid 2: Digabung aja Pak, kita ambil salah satunya yang dapat mewakili yaitu jagalah kebersihan kelas.

Murid lain (serentak): Setuju Pak...

Tekad murid perempuan siap melaksanakan kesepakatan kelas
Tekad murid perempuan siap melaksanakan kesepakatan kelas

Selama proses diskusi dengan murid ada beberapa poin rancangan kesepakatan yang digabung menjadi satu seperti pada cuplikan di atas. Di samping itu, ada juga poin rancangan yang harus dikeluarkan karena tidak relevan seperti harus membawa uang jajan secukupnya ke sekolah. 

Akhirnya disepakati lima poin kesepakatan  kelas. Hasil kesepakatan kelas yang sudah final ditandatangani oleh semua murid dan guru dan selanjutnya dipasang di depan kelas.

Keterlaksanaan kesepakatan kelas ini selama dua bulan pertama secara umum sangat baik. Perilaku yang murid tunjukkan sudah sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dan ini membuat saya senang. 

Namun, memasuki bulan ketiga ada salah satu kesepakatan yang belum berjalan optimal yakni mengikuti kegiatan KBM tepat waktu. Ada dua sampai tiga murid yang sering telat datang. 

Tetapi secara keseluruhan murid masih menunjukkan kepatuhannya pada kesepakatan kelas. Saya harus mencari tahu penyebab murid-murid saya itu yang awal-awalnya disiplin waktu namun belakangan berubah. Di sisi lain saya mengapresiasi atas kerja sama murid yang masih konsisten pada kesepakatan.

Berdasarkan pengalaman dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan selama satu semester, maka dirasa perlu untuk memperbaharui kembali kesepakatan kelas di awal semester berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun