Dulu, ketika berpasangan dengan Megawati, Prabowo luluh ketika keduanya kemudian berkoalisi meski secara politik itu menguntungkan bagi Prabowo terutama untuk membesarkan Gerindra sebagai partai baru. Termasuk koalisi selanjutnya pada Pilkada DKI 2012.
Komunikasi pasca Pilpres 2019 juga menunjukkan, Prabowo kembali luluh. Suasana yang gaduh karena perpedaan pandangan politik yang riuh sedikit mereda. Rakyat mengapresiasi keduanya.Â
Keluluhan Prabowo kembali ditunjukkan ketika menjalin komunikasi terkait Ketua MPR yang akhirnya membuat Prabowo serta Gerindra lulu dan menerima pertimbangan Megawati untuk bersama-sama membangun dan menjaga marwah MPR semakin baik.
Diksi luluh, mungkin saja terlalu "berlebihan" karena yang tampak sejatinya adalah kerelaan masing-masing, terutama Prabowo untuk memperjuangkan agenda kebangsaan yang lebih besar.Â
Egoisme pribadi dan partai diletakkan jauh di belakang kepentingan nasional; meredakan tensi untuk membangun bangsa ini bersama-sama dalam suasana kebersatuan dan keadaban, meski dengan posisi dan peran yang berbeda.Â
Tapi pada sisi yang lain, Megawati beberapa kali memang mampu meluluhkan Prabowo.
Hubungan Megawati-Prabowo yang kembali asik dan cair itu, bukan tidak mungkin mengembalikan suasana mesra sebelumnya, yaitu koalisi PDI-P dengan Gerindra. Mungkin saja "penyatuan" itu kembali terjadi pada Pemilu 2024 atau mungkin saja kembali memanas di Pilkada DKI Jakarta 2022 nanti.
Semua serba mungkin. Jadi, mari kita tunggu dan nikmati saja segala kemungkinan itu dengan tetap berpijak pada akal sehat dan menghindari kegaduhan-kegaduhan politik yang tidak penting.
Salam,
Mustafa Afif
Kuli Besi Tua
Sumber:
Megawati luluhkan hati Prabowo
4 fakta menyejukkan pertemuan Prabowo-Megawati
Perjanjian Batu Tulis
Info grafis, panas dingin Prabowo-Megawati