Kedepan, kita akan banyak menemukan momentum. Kita akan bertemu dengan kejadian-kejadian yang akan membuat kita, seolah-olah, membutuhkan sosok tertentu untuk menyelesaikan segala permasalahan dan membuat Indonesia semakin maju.Â
Momentum itu akan dipergunakan sebagai sarana testing voters untuk mengetahui sejauh mana elektabilitas dan penerimaan masyarakat terhadap sosok yang ditawarkan.Â
Momentum itu akan dijadikan sarana testing the audience untuk mengetahui seberapa besar tepukan tangan atau justru sorakan yang didapatkan.
Belum lama ini sudah dimulai, soal Anies Baswedan dan Risma yang mulai digaduhkan, diversuskan, dan mendapatkan banyak keriuhan pemberitaan.Â
Soal Jakarta dan Surabaya berubah seakan menjadi soal Indonesia. Dari situ kemudian melahirkan analisa kemungkinan keduanya bertarung di masa yang akan datang. Ada yang mengatakan Player 2 Has Entered, karena Risma diduga akan menjadi penantang Anies Baswedan selanjutnya.Â
Risma akan "diangkut" ke Jakarta. Ada juga yang berpandangan soal kemungkinan Risma menjadi petarung di 2024 ketika harus diakui, PDIP sulit mencari the next Jokowi dan Risma adalah sosok yang relatif mudah diterima karena keberhasilan, kerja, prestasi dan integritasnya. Sementara Anies Baswedan juga mulai digadang-gadang, apalagi setelah bertemu dengan Surya Paloh, Ketua Umum NasDem.
Kedua, tahun 2024 akan menjadi the real fighting untuk memperebutkan kursi Presiden dan Wakil Presiden karena tidak adanya calon incumbent (petahana).Â
Jokowi dicukupkan untuk dua periode sementara KH Maruf Amin sudah terlampau lanjut secara usia. Praktis semua calon nantinya adalah "orang-orang baru". Sangat mungkin sekali tidak akan ada lagi calon-calon "sepuh". Semuanya adalah sosok yang relatif muda, enerjik, mampu, dan berpengalaman.
Semua analist (termasuk para komentator yang menjadi ahli dadakan) memperkirakan akan terjadi persaingan ketat. Nantinya, sosok-sosok yang potensial akan diterawang. Berbagai kemungkinan dibenturkan.Â
Formasi, komposisi, kombinasi akan disusun dan dipikirkan secara matang. Tentu saja oleh tokoh-tokoh politik yang kenyang pengalaman, lihai, dan memilih duduk manis memperhatikan situasi dan kemungkinan.Â
Mereka adalah para King Maker, yang secara dalam memikirkan strategi pemenangan. Meski tak sering keluar kandang, tapi merekalah pemegang remote sesungguhnya.