Lalu, apakah rakyat Jakarta, yang oleh banyak kalangan dianggap lebih rasional, juga akan memilih calon dengan tipologi "kecenderungan baru" seperti itu? Saya pribadi berharap tidak. Semoga tidak. Saya percaya, sebagaimana tahun 2012 lalu, rakyat Jakarta lebih memilih sosok yang membumi, sopan-santun, ngemong, tidak berjarak dengan rakyat, mengajak rakyat membangun bersama, sekaligus sosok yang berprestasi, bekerja, ada hasil dan perubahannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!