Nama sebenarnya adalah Mabel. Wim dalam bahasa Suku Dani berarti perang, sedangkan Motok artinya panglima. Jadi Mabel seorang panglima perang.
Sesuai penuturan penjaga mumi ini, Mabel adalah kepala suku sekaligus penglima perang. Ia memimpin peperangan hingga berusia sangat tua. Sebelum meninggal, Mabel berpesan kepada keluarga dan sukunya. Ia meminta jasadnya
nanti diawetkan.
Alasan Mabel, jika jasadnya diawetkan akan membawa keberutungan bagi sukunya yakni akan selalu memenangkan peperangan. Selain itu alasan penting Mabel, jika mumi jasadnya terus dipelihara, keluarga dan sukunya kelak akan memperoleh kesejahteraan hidup.
Mumi Moto Mabel masih utuh bagian-bagian tertentu. Dari mumi ini, Mabel meninggal dalam keadaan duduk memeluk kedua lututnya. Mulutnya terbuka, entah menahan rasa sakit atau meneriakkan sesuatu.
Honai Motok Mabel bersama puluhan honai dari keturunanya, yang saat ini adalah generasi ketujuh. Menurut informasi seorang penjaga, mumi Motok Mabel sudah berusia lebih dari 270 tahun. Indikatornya dihitung dari kalung di lehernya, dimana setiap lima tahun dilakukan upacara penghormatan dengan mengalungkan satu kalung ke leher mumi.
Mumi Motok Mabel diletakkan dalam sebuah peti dalam honainya, dan selalu diasapi perapian. Sesuai kepercayaan komunitas menjaganya, mumi ini tidak boleh dipegang perempuan karena nantinya berkibat cepat rusak (lapuk).
Pengunjung atau wisatawan boleh melihat mumi ini dengan tarif tertentu. Mumi akan dikeluarkan dari honai jika sudah ada kesepakatan. Tarif lain lagi jika kemudian pengunjung ingin berfoto dengan mumi.
Kecolongan
Sebagaimana pengunjung lainnya, kami disambut pimpinan komunitas penjaga mumi. Anton meminta kami belum boleh memotret sebelum ada kesepakatan dengan mereka.