Hari rabu jam pelajaran Matematika kosong karena gurunya menghadiri rapat, tugas diberikan, tapi Rama tidak begitu suka mencatat Matematika, dia lebih senang mencoret - coret puisi karena baginya puisi itu hidup dan menumbuhkan jiwanya hijau dan mekar seperti pohon yang tersiram air. Saat menulis puisi Thariq masuk ke kelas Rama seperti biasa tahu Rama menulis puisi diambil kertas tersebut kemudian disobek berkeping - keping. Rama menahan diri untuk tidak marah, mengetahui Rama tidak menggubris, Thariq bertambah marah tiba - tiba dia dorong Rama sampai terjungkal, teman - teman Thariq tertawa mengetahui Rama terjatuh.Â
Gerombolan itu ikut senang, tapi na'as bagi Thariq bangku yang di duduki Rama patah sehingga berita tentang bangku patah itu terdengar sampai ke kepala sekolah. Dan kepala sekolah yang juga kebetulan bapaknya Thariq begitu marah luar biasa.Â
Dipanggilah Thariq keruangan kepala sekolah dia dihukum untuk mencari orang yang bernama Ki Anom. Thariq masih tidak terima dengan sikap bapaknya yang membela Rama tapi daripada dia dipindahkan sekolah, dia menurut untuk mencari seorang yang bernama Ki Anom, siapa dia gerangan..?
Rama terjatuh dari bangku itu juga terdengar ke Sinta dia begitu iba, Sinta ingin memberi bantuan semangat pada Rama tapi Sinta tidak tahu harus memulai darimana. Dia malu untuk ngomong dahulu kalau punya perasaan pada Rama, puisi Rama benar - benar membuat jiwa Sinta bergelora dan bahagia. Ketika Sinta masih berkecamuk dengan hatinya.Â
Ambar sahabat Sinta mendekatinya, sebenarnya Ambar sudah tahu kalau Sinta suka pada Rama, akhirnya ketika didesak Sinta mengakuinya dan dia sekarang lagi galau. Ambar berusaha cari jalan bagaimana agar dua hati ini bisa bertemu, maka munculah ide bagaimana Sinta mendekati Rama untuk belajar bagaimana cara menulis puisi yang indah.Â
Apalagi dua hari yang lalu ada tugas untuk menulis sastra lama karangan sendiri,kenapa tidak memilih puisi saja. Ide tersebut diterima oleh Sinta tapi dia masih malu untuk memulai. Ambar memberi jalan keluar, biar dia yang menghubungi Rama kebetulan sepupunya teman akrab Rama. Maka diaturlah rencana itu serapi mungkin semoga dilapangkan jalannya..
Thariq berusaha keras mencari alamat ki Anom, dia bersusah payah akhirnya dia menemukan,rumahnya di tepian hutan yang memisahkan dua desa. Dia ketuk pintu rumah tua tersebut yang semua bahannya terbuat dari jati. Munculah orang tua yang membukakan pintu, umurnya berkisar 70 tahunan tapi dia masih lincah dan cekatan. Setelah basa basi sebentar masuklah Thariq sambil duduk di atas tikar yang terbuat dari penjalin dia amati seisi rumah tersebut, dia kaget tiba - tiba ada foto kedua orang tuanya di dinding jati.Â
Dia mulai penasaran, setelah di suguhi minuman teh hangat, Ki Anom mulai membuka obrolan, apa maksud kedatangan kerumahnya? Thariq menceritakan tentang bangku patah yang diperintah bapaknya untuk menemui Ki Anom. Mengetahui bangku patah dan yang merusak adalah anak remaja di depannya. Wajah Ki Anom berubah merah seperti menahan marah membuat Thariq beringsut mundur takut.Â
Tapi karena penasaran dia kuatkan nyalinya sambil menunggu cerita Ki Anom, dengan memasang wajah menyesal. Ki Anom menceritakan asal usul bangku patah dan ternyata bangku patah tersebut adalah bangku milik Ki Anom, bangku tersebut dipakai ibu Thariq waktu melahirkan, bangku persegi panjang berukuran 2 meter sebagai saksi perjuangan hidup mati ibu Thariq.Â
Ki Anom adalah dukun bayi yang biasa membantu orang melahirkan yang mengalami kesulitan. Waktu itu bapak Thariq tidak bisa membawa kedokter karena keterbatasan biaya. Dan Thariq setelah dilahirkan punya penyakit anemia aplastik yaitu kekurang sel darah merah akut, untuk membantunya maka Rama yang mempunyai darah sejenis dengan Thariq menyumbangkan darahnya.Â
Akhirnya Thariq selamat, tahu jasa Rama yang luar biasa bapak Thariq berjanji untuk menyekolahkan Rama sampai kuliah. Lalu siapa Ki Anom ada hubungan apa dengan Rama, ternyata Rama adalah cucunya. Dia sewaktu kecil sangat menyukai bangku tersebut untuk tidur - tiduran di halaman rumah sambil melihat bulan purnama dan bintang - bintang yang indah bergelantungan.Â