DURIANĀ dikenal sebagai raja buah. Sebanyak yang senang, sebanyak itu pula yang tidak suka. Tapi membicarakannya, tentu lebih banyak yang suka.Tanaman durian tumbuh subur di Indonesia, juga di beberapa negara tetangga. Thailand sangat terkenal. Indonesia juga top.
Di Provinsi Sumatera Barat banyak daerah dikenal sebagai penghasil durian. Tapi yang sangat terkenal itu adalah durian dari Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Pasaman, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Solok Selatan, dan Sijunjung.
Durian dari Kota Sawahlunto juga tak kalah lezatnya. Cuma lantaran masalah geografis, durian yang dihasilkan kota wisata tambang berbudaya itu, sering disebut sebagai durian sijunjung saja.
Kalau di Padang Pariaman, sentra durian itu ada di Kayutanam. Para pelintas jalur jalan nasional dari Kota Padang Panjang ke Kota Padang atau sebaliknya, sudah tahu itu. Kendati durian adalah buah musiman, namun di Kayutanam, durian tersedia sepanjang musim. Para pedagang durian selalu punya 'stok'. Kita bisa mampir untuk menikmati legitnya, kapan saja dan pada jam Ā berapapun.Ā
Pondok-pondok pedagang durin di ruas jalan sepanjang satu kilometer, dekat kampus Institut Nasional Sjafei (INS) itu, selalu membuka dagangannya hampir 24 jam setiap hari. Agar cita rasanya semakin nikmat di lidah biasanya juga dilengkapi pula dengan ketan yang ditaburi parutan kelapa.
Nah, durian yang dikenal enak-enak itu juga ada di Kabupaten Tanah Datar. Daerah berjuluk Luak Nan Tuo itu punya tiga sentra penghasil durian.
Pertama disebut durian sungayang dengan beragam varietasnya. Durian Sungayang biasanya digunakan untuk menyebut durian yang dihasilkan dari Nagari Sungayang, Minangkabau, Sungai Patai, Tanjuang, dan sebagian Nagari Sumaniak. Kedua durian lintau. Durian ini dihasilkan dari Kecamatan Lintau Buo dan Lintau Buo Utara. Ketiga durian gunuang rajo, yaitu durian yang dihasilkan Nagari Gunuan Rajo, sebagian Nagari Batipuah Baruah, Tambangan, dan Bungo Tanjuang.
Menyadari akan potensi ekonomi yang didatangkan dan menguntungkan petani, tatkala musim durian tiba, maka warga bersama masyarakat Gunuang Rajo melakukan berbagai inovasi. Festival Galiek Durian Gunuang Rajo merupakan event inovatif pertama yang dilakukan, pasca pandemi Covid-19, untuk kembali membangkit ekonomi rakyat melalui sektor pertanian.
Galiek itu dalam Bahasa Minang bisa disepadankan maknanya dengan geliat. Tapi ada juga yang menyepadankan kata galiek itu dengan liat atau legit. Bagi warga Gunuang Rajo, galiek artinya galamai atau dodol. Galiek durian dimaknai sebagai gelamai atau dodol yang terbuat dari durian yang berasal dari kebun petani setempat.
Walinagari (kepala desa) Gunuang Rajo Erizal Dt. Kayo menjelaskan, iven Festival Galiek Durian itu dilaksanakan pada Sabtu-Ahad (12-13/11/2022) kemarin. Tidak sedikit pengunjung yang datang dalam dua hari itu. Mereka penasaran, bagaimana benar sih hebatnya durian gunuang rajo.
Pada festival itu dihelat beragam kegiatan yang semuanya terkait dengan durian, baik berbentuk penampilan maupun perlombaan, di antaranya cake durian, galiek (galamai/dodol) rasa durian dan aneka kuliner lainnya. Ada pula lomba maidu dan makan durian sepuasnya, tebak buah manggis, lomba foto, lomba durian terbaik, lelang durian, demo masak olahan durian, camping ground dan tubing.Ā