Namun di Jambi selain, Canting, cupak juga dikenal istilah “pikul”. Satu pikul lebih kurang 100 kg. Sehingga satu ton biasa disebut 10 pikul.
Dengan memperhatikan alur sungai, ikrar masyarakat Sungai Ipuh, maka identitas sebagai keturunan dari “serampas” menjadi tidak terbantahkan. Hingga kini, sebagai identitas “Serampas rendah” sebuah ujaran yang bisa ditemukan di Marga Sungai Tenang, Marga Peratin Tuo, Marga Tiang Pumpung, Marga Renah Pembarap dan marga Senggrahan, ikrar “serampas rendah” adalah sebagai ikrar dari penghormatan terhadap “puyang” mereka terhadap keberadaan dari Serampas. Hubungan ini hingga sekarang masih dihormati. Penghormatan terhadap keberadaan mereka juga diakui dari pengakuan dari Marga Serampas dengan penyebutan sebagai orang “lembak”.
[1] Jaringan perdagangan Maritim dengan Asia Tenggara daratan termasuk Vietnam Utara dan Selatan menjelang awal Masehi. Lihat Tinggalan Arkeologi dari Bengkulu Baign Selatan dalam pandangan Sejarah Kebudayaan, Tiri Marhaeni S. Budisantosa dalam Peradaban Di Pantai Barat Sumatera – Perkembangan Hunian dan Budaya di Wilayah Bengkulu, Balai Arkeologi Palembang, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2013, Hal. 124
[2] Ibid, Hal. 129
[3] Lihat Retno Purwanti, Penguburan Masa Prasejarah Situs Muara Betung, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Lahan, Balai Arkeologi Palembang, 2009, Hal, 26
[4] Lihat Indriastuti, Kristantina, Ekskavasi Kubur Tempayan Situs Padang Sepan Kecamatan Air Besi Kabupaten Bengkulu Uturan, Laporan Penelitian Arkeologi, Balai Arkeologi Palembang, Palembang, 2003, dalam Peradaban Di Pantai Barat Sumatera – Perkembangan Hunian dan Budaya di Wilayah Bengkulu, Balai Arkeologi Palembang, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2013, Hal. 141
[5] Ada juga menyebutkan Kerajaan Indrapura, Kerajaan Selebar, Kerajan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai Hitam dan Kerajaan Muko-muko. Lihat “Tinggalan Islam Di Bengkulu, Ade Oka Hendrata, dalam Peradaban Di Pantai Barat Sumatera – Perkembangan Hunian dan Budaya di Wilayah Bengkulu, Balai Arkeologi Palembang, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2013Hal. 276
[6] Sungai Ipuh adalah ibuko Kecamatan Selagan Raya. Kecamatan Selagan Raya dibentuk berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 dan terdiri dari Desa Talang Medan, Lubuk Sahung, Surian Bungkul, Sungai Jerinjing, Talang Buai, Aur Cina, Sungai Gading, Sungai Ipuh, Sungai Ipuh Satu, Sungai Ipuh Dua, Pondok Baru dan Lubuk Bangko. Namun Ipuh juga nama tempat 78 km arah Bengkulu dari Penarik. Statistik Kecamatan Selagan Raya, BPS, 2014
[7] Kata “Serampas” ditemukan catatatannya berbagai dokumen. Dengan dialek “serampei”, catatan ini ditemukan didalam “Gazetteer Of the World, Dictionary of Geographical Knowledge, Dublin, 1856” diterangkan Serampas merupakan daerah yang terletak di pedalaman, dekat di Sungai Ipuh didalan pegunungan tinggi dan dekat dengan daerah Sungau Ipuh (Bengkulu). Termasuk kedalam wilayah Minangkabau. Menghasilkan cassiavera dan kakao. Lihat juga Addenda didalam bukunya The Edinburgh Gazetter or Geographical Dictionary. Tidak berbeda jauh dengan disampaikan didalam J. E Worcester didalam “Geographical Dictionary, Universal Gazetteer, Ancient and Modern, G.N. Wright didalam bukunya “ Present State of World. Sedangkan Mac Carthy menyebutkan “serampei” terletak di Pulau Sumatera, ditengah pegunungan ditutupi hutan yang cukup lebat.
Ikrar sebagai “keturunan Serampeh” juga ditemukan di Margo Sungai Tenang, Margo Peratin Tuo, Margo Tiang Pumpung, Margo Renah Pembarap dan Margo Senggrahan. Mereka mengaku sebagai “Serampas rendah’.